Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Aksi nekat KU (35) yang mencelakai 3 anak kandungnya sendiri di Brebes langsung menyita perhatian publik.
Dirinya dengan sengaja melukai leher anak-anaknya yang masih di bawah umur.
Anak-anak KU yang menjadi korban yakni SA (10), AT (7), dan EM (4,5).
Sedangkan, AT yakni anak kedua pelaku tak tertolong karena mengalami luka yang serius.
Dikutip Grid.ID dari TribunJabar.id pada Rabu (23/3/2022), KU justru mengaku nekat melukai anaknya lantaran ingin menyelamatkan mereka.
Ia juga mengaku tak ingin nasib anaknya seperti dirinya.
"Saya cuma mau menyalamatkan anak-anak, biar enggak dibentak-bentak," ujarnya.
"Harus mati, biar enggak sakit kayak saya dari kecil saya memendam puluhan tahun," lanjutnya.
Namun, ucapan KU pun langsung menjadi sorotan.
Salah satu psikolog keluarga yakni Nafisa Alif A MPsi pun juga memberikan tanggapan terkait kasus yang menghebohkan ini.
Dikutip Grid.ID dari Tribunlifestyle.com pada Rabu (23/3/2022), Nafisa mengatakan bahwa hal ini kemungkinan besar dipicu oleh depresi yang dirasakan oleh KU selama ini.
"Bisa menyebutkan depresi. Tapi depresi harus didiagnosis oleh ahli. Jadi ketika stress tidak ditangani, tidak dilakukan pencegahan, memicu stres berkelanjutan. Dan mungkin salah satu yang terjadi di Brebes," ujarnya.
Kendati begitu, dirinya mengaku belum mengetahui secara pasti mengenai apa yang sebenarnya dirasakan oleh pelaku.
Selain itu, dirinya menyoroti ucapan KU yang mengaku sudah memendam perasaan selama puluhan tahun.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mungkin membuat KU merasakan hal itu.
"Dan pelaku sempat mention 'enggak ada tahu yang saya mengalami sejak apa sejak kecil selama puluhan tahun'. Jadi ada sesuatu yang mungkin saja dialami sejak dulu," ungkapnya.
"Ada juga orang orang agresifitas diturunkan. Kedua adanya sosial, mungkin keluarga yang disfungsi sejak kecil. Misalnya kekerasan dalam rumah tangga, penceraian, dan masalah sosial ekonomi rendah," jelasnya.
Menurutnya, hal ini memang bisa dirasakan oleh siapa saja saat tertekan dengan berbagai permasalahan.
Namun, setiap orang memiliki cara berbeda untuk menyelesaikan permasalahannya.
"Setiap orang memiliki taraf kecerdasaran tertentu dalam memilih alternatif solusi. Ditambah lagi tuntutan di masa pandemi, ekonomi memicu hal-hal tersebut," jelasnya.
(*)