Laporan Wartawan Grid.ID, Novia
Grid.ID - Tak terasa Ramadan 2022 tinggal hitungan hari menyambut umat muslim di seluruh dunia.
Jika sesuai perkiraan, Ramadan 2022 akan jatuh pada 2 April mendatang.
Namun, sebelum Ramadan 2022 tiba, berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi unik loh.
Tradisi jelang Ramadan di Indonesia biasanya juga memiliki berbagai ciri khas masing-masing.
Melansir dari Kompas.com dan Sonora.ID, Rabu (23/3/2022), tradisi yang ada di berbagai daerah Indonesia ini juga serat akan makna.
Penasaran dan ingin mengenal lebih banyak dari setiap daerah di Indonesia? Berikut informasi lengkapnya.
1. Tradisi Meugang di Aceh
Tradisi Meugang ini memang cukup terkenal di daerah Aceh.
Tradisi Meugang biasanya dilakukan oleh masyarakatnya sebagai bentuk ucapan syukur setelah 11 tahun memasak daging.
Masakan yang diperoleh biasanya dibagikan kepada sanak saudara, keluarga, anak-anak, sepupu, hingga masyarakat lainnya.
Tradisi ini sebenarnya cukup mirip dengan tradisi saat Idul Adha. Biasanya, masyarakat di sana akan menyembelih kambing dan sapi untuk menyambut bulan Ramadan.
2. Malamang di Sumatera Barat
Tidak hanya kolak dan kurma, ketupat juga menjadi makanan yang sangat identik di bulan Ramadan.
Jika di daerah Jawa ketupat lebih identik dengan Hari Raya Idul Fitri, di Sumatera justru sebaliknya. Ketupat sudah dijadikan makanan khas untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.
Begitu halnya saat kamu berkunjung ke Malamang, di sana ada Lemang (seperti kupat atau lontong) sebagai makanan khas mereka.
Tradisi untuk membuat lemang bersama memang sudah dikenal khas. Kalau kamu berkunjung ke sana, jangan lupa untuk mencicipinya secara langsung, ya!
3. Tradisi Ramadan Nyadran di Jawa Tengah
Kamu masih suka mengikuti tradisi nyekar atau berziarah?
Di Jawa Tengah, tradisi Nyadran masih terus dilestarikan di berbagai daerah.
Jelang bulan Ramadan, masyarakat biasanya akan berziarah ke makam leluhur masing-masing dan membersihkannya. Jika sudah selesai membersihkan makam, masyarakat akan lanjut membacakan Al-Quran, doa, zikir, dan tahlil.
Setelah itu, mereka akan melakukan penutupan dengan bersantap bersama sanak saudara. Tradisi ini ternyata juga sering ditemui di kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.
4. Tradisi Nyorog di Betawi
Kamu merupakan orang Betawi atau memiliki teman dari sana? Jika iya, kamu bisa menanyakan secara detail bagaimana tradisi ini tercipta. Namun secara garis besar, tradisi turun temurun ini seharusnya tidak lagi terasa asing.
Tradisi Nyorog biasanya dilakukan khusus saat masyarakat membawa bingkisan makanan untuk diberikan kepada kerabat dan keluarga.
Mereka yang berusia lebih tua akan mendapatkan bingkisan-bingkisan tersebut. Isi dari bingkisannya sendiri adalah makanan atau santapan khas Betawi.
5. Tradisi Megengan di Surabaya
Jika kamu suka berlibur ke Surabaya, kalian bisa menjumpai tradisi ini saat bulan Ramadan.
Tradisi megengan di Surabaya ini diakui cukup unik dan menarik. Sebab masyarakat akan menyantap kue apem sebagai simbol penyucian diri, sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Pemilihan kue apem sendiri dipercaya karena penamaannya berasal dari bahasa Arab, yakni afwan yang berarti maaf dalam bahasa Arab. Tradisi Ramadan ini memang memiliki makna yang sangat positif dan bisa diikuti untuk bersilaturahmi.
6. Arwah Jamak di Demak
Arwah jamak adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Demak.
Tradisi ini diketahui sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga. Tradisi tersebut adalah pembacaan doa untuk orang tua atau pun sanak saudara serta leluhur yang sudah meninggal.
Hampir sama dengan nyadran, Arwah Jamak di Demak ini berupaya untuk mendoakan keluarga yang telah meninggal lebih dahulu.
Doa akan dibacakan bersama-sama menjelang datangnya bulan Ramadhan maupun sepuluh hari terakhir pada malam ganjil puasa Ramadhan.
Warga yang ingin arwah leluhurnya didoakan secara berjamaah biasanya memberikan sedekah uang untuk tiap satu nama arwah.
Uang yang terkumpul digunakan untuk menyantuni anak yatim piatu.
7. Mohibadaa di Gorontalo
Jelang Ramadhan, masyarakat Gorontalo juga memiliki tradisi Mohibadaa.
Mohibadaa yakni membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional sebagai baluran wajah (masker).
Sebenarnya tradisi ini dilakukan tak hanya jelang Ramadhan. Namun jelang bulan puasa, tradisi ini menjadi istimewa.
Mohibadaa dilakukan untuk menjaga kondisi kulit karena biasanya saat puasa kulit terasa kering apalagi cuaca Gorontalo sangat panas.
Bahan yang digunakan adalah tepung beras, humopoto (kencur), bungale (bangle), alawahu (kunyit). Tradisi Mohibadaa disarankan menggunakan beras ketan agar hasil tepungnya halus. Namun, biasanya paket rempah tradisional ini dijual di pasar tradisional.
“Nenek saya selalu menyiapkan ramuan ini sepanjang Ramadhan,” kata Siti Rohana Lakadjo, warga Kota Gorontalo.
Tak hanya aromanya yang harum sepanjang hari, kulit juga akan kencang, sehat, dan berseri. Selain itu, ramuan ini juga akan memberikan efek lembab, tidak kering dan mengurangi kerutan.
“Terasa kenyal sehat, tidak khawatir dengan ramuannya karena semua bahan tradisional dan alami,” tutur Asri Hudji.
(*)