Laporan wartawan Grid.ID, Novia
Grid.ID - Penetapan 1 Ramadan 2022 atau 1443 Hijriah bisa dibilang diundur.
Jika sebelumnya disebutkan jatuh pada 2 April 2022, kini hilal disebutkan belum nampak.
Penelitian Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan, posisi hilal awal Ramadhan 1443 H terlalu rendah.
Dikutip dari Kompas.com, Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama (Kemenag) itu menyampaikan, posisi hilal di wilayah Jakarta baru berada di ketinggian 1 derajat.
Sementara di Sumatera dan Jawa ketinggiannya baru mencapai 2 derajat.
“Di Indonesia, posisi hilal awal Ramadan 1443 Hijriah terlalu rendah, sehingga hilal yang sangat tipis tidak mungkin mengalahkan cahaya syafak (senja)."
"Sehingga kemungkinan tidak terlihat,” papar Thomas dalam seminar pemantauan hilal untuk penetapan 1 Ramadan 1443 Hijriah.
Lebih lanjut Thomas menjelaskan pada ketentuan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).
Untuk menetapkan 1 Ramadan posisi hilal harus berada di ketinggian minimal 3 derajat hingga 6,4 derajat.
“Kalau gunakan kriteria baru, Indonesia jauh dari kriteria MABIMS, yang artinya di Indonesia hilal terlalu rendah, dan tidak mungkin untuk terlihat hilal,” jelasnya.
Thomas menegaskan, klaim pihak tertentu melihat hilal saat ini bisa dikesampingkan karena ketinggiannya yang belum mencukupi kriteria dan cahaya yang tipis.
“Kalau ada yang mengklaim melihat hilal, dimungkinkan itu bukan hilal. Secara astronomi klaim itu bisa ditolak,” imbuhnya.
Kemudian ditambahkan dari WartakotaLive.com, Lembaga Falakiyah Pondok Pesantren Al Hidayah, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat juga melakukan pemantauan hilal.
Lembaga Falakiyah Pondok Pesantren Al Hidayah, telah menggunakan dua teleskop untuk memantau hilal di Masjid Musari'in Jumat (1/4/2022).
Menurutnya, penglihat memantau hilal adalah tanggung jawab besar karena menyangkut ibadah umat agama islam.
Sehingga para ahli falak ini sudah secara matang melakukan perhitungan sebelum membuka teleskop.
"Sudah pasti ada hitung-hitungan yang dijalankan, bagaimana prosesnya dan cara hitungnya hanya yang ahli saja yang paham," ujar pria berusia 30 tahun itu.
Ketua Lembaga Falakiyah Ponpes Al Hidaya, Abdul Gopur menerangkan, cuaca gerimis dan mendung dapat mempengaruhi penglihatan hilal.
"Kalau di sini grimis dan di ufuk Barat nya cerah, mungkin saja terlihat hilal," kata Gopur di lokasi.
(*)