Sedangkan, warung kopi korban di kawasan GOR Jayabaya dalam kondisi berantakan, tetapi tidak ada darah.
Nasuha mengatakan keluarga tidak mendapati hal aneh semasa hidup korban.
"Orangnya pendiam, sehari-hari korban menjadi guru honorer di SDN Banjarmlati mengajar mata pelajar Kesenian," jelasnya.
Sebelum ditemukan tewas, terungkap komunikasi terakhir korban dengan seorang rekannya melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (2/4), sekitar pukul 22.55 WIB.
Namun setelah kontak terakhir, handphone (ponsel) milik korban sudah tidak bisa dihubungi lagi.
"Itu kontak terakhir korban dengan rekannya yang juga guru," jelas Nasuka, paman korban, dikutip dari TribunStyle.com.
Namun, tidak ada yang janggal dengan isi chat terakhir korban.
Isi chat tersebut hanya berisi gurauan korban dengan temannya.
Ibu Budi Hartanto, Hamidah, histeris ketika mengetahui putranya tewas dalam keadaan mengenaskan.
Apalagi saat itu bagian kepala Budi Hartanto belum ditemukan.
"Anak saya salahnya apa... saya tidak terima," ujarnya sembari menangis histeris.
"Semoga pelakunya segera ditemukan," harap Hamidah.
Melansir Kompas.com, akhirnya kepolisian berhasil menemukan potongan kepala korban 9 hari kemudian, pada Jumat (12/4/2019).
Penemuan kepala korban setelah petugas melakukan pencarian di sungai yang ada di wilayah Dusun Plosokerep, Desa Bleber, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri.
Sungai tersebut berjarak sekitar 20 kilometer dari lokasi penemuan koper berisi tubuh mayat.
(*)