Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Seorang pebisnis asal Singapura, Pamela, banting stir menjadi PSK karena terlilit hutang Rp 5 milliar.
Masalah keuangannya memburuk karena bergabung dalam investasi dari temannya.
Ia dijanjikan cepat kaya, namun yang terjadi justru sebaliknya.
Keadaan Pamela diperparah karena ia kehilangan pekerjaan sebagai resepsionis kala itu.
Dia kehilangan tempat tinggal, menganggur, dan sangat membutuhkan uang.
Lantaran tidak ada cara lain untuk membayar hutang dan melanjutkan hidup, akhirnya Pamela memutuskan untuk jadi PSK.
Ia mengaku menjadi wanita penghibur selama 8 bulan dan telah mengumpulkan sebanyak 30 klien, di mana 3 di antaranya adalah pelanggan tetap.
Dikutip dari GridPop.id, pengalaman terburuk baginya adalah ketika kliennya tidak mau memakai alat pengaman kontrasepsi.
Pamela merasa sangat terhina dan ngeri dengan pengalaman itu.
Meskipun ia membenci pekerjaannya, ia menganggapnya sebagai satu-satunya jalan keluar.
Namun takdir berkata lain ketika ia bertemu dengan Eric.
Sebelum bertemu Eric, semua kliennya hanya menginginkan tubuh tinggi dan langsingnya untuk kepuasan pribadi.
Berbeda dengan Eirc yang membawakan makanan untuk Pamela dan mengajaknya ke dokter.
Eric tidak bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta pada Pamela, meskipun tahu tentang profesi perempuan itu.
Akhirnya Eric pun menikahi Pamela dan telah memiliki anak.
Eric sekarang menjadi manajer operasi di perusahaan IT.
Mereka pun telah menangani hutang Pamela dan hidup bahagia bersama.
Pamela memutuskan untuk menuangkan pengalaman pribadinya itu dalam buku.
Ia ingin memberikan inspirasi untuk para wanita yang terpaksa terjun ke dunia prostitusi.
Berbeda dari Pamela yang berhenti dari pekerjaan PSK karena dinikahi, seorang wanita asal Manado ini pensiun dari dunia gelap PSK karena ingin menjadi pengusaha.
Dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com, Jumat (8/4/2022), Melati--sebut saja namanya demikian-- memilih cepat-cepat pensiun dari PSK karena merasa tabungannya sudah cukup untuk membuka usaha.
Saat ditemui Tribun Manado, Melati mengaku sangat mudah mencari uang kala menjadi PSK.
Namun demikian, dia tidak mau menghambur- hamburkan uang itu karena berpikir ia tak akan selamanya muda sehingga jika sudah tua pasti tak ada lagi tamu yang mau mengencaninya.
"Kan saya tidak selalu muda. Kalau sudah tua, mana ada laki-laki yang mau. Makanya dari dulu saya sudah terbiasa menyimpan uang," tutur Melati.
Dia bahkan membuka rekening di bank untuk mengumpulkan pundi-pundi hasil keringatnya melayani nafsu laki-laki yang bukan suaminya.
Apalagi, lanjut dia, saat bekerja sebagai PSK, tak ada jaminan apapun.
Hanya saja kalau tidak ada uang, ia bisa pinjam kepada bos yang menaungi bisnis esek- esek ini di Manado.
Karena menurutnya, bekerja seperti ini kalau sudah tidak laku pasti tidak akan diperhatikan lagi oleh bos.
Melati pun telah pensiun dari PSK 5 tahun lalu dan kini usianya sudah 48 tahun.
Melati juga telah memiliki usaha dengan modal tabungan selama menjadi PSK.
Dia pun sudah menikah dan memiliki anak.
Saat masih bekerja sebagai PSK, penghasilannya per minggu mencapai Rp 4 juta.
Itu pendapatan bersih setelah dipotong make up, aksesoris dan fee untuk bosnya.
Bahkan dia biasa mendapatkan banyak barang mewah dari pelanggannya seperti handphone dan lainnya.
Dia juga sering diajak tamunya jalan-jalan, termasuk menikmati makanan mewah.
Semua kemewahan itu dia tinggalkan dan kini dia justru merasa lebih nyaman dalam hidup.
"Saya lebih senang dan nyaman dengan apa yang saya kerjakan saat ini," pungkas Melati.
(*)