Misalnya di waktu sahur, Emilia merekomendasikan daging domba dengan potongan kecil hingga daging cincang.
Hal ini lantaran daging yang dipotong kecil lebih mudah untuk dicerna oleh tubuh sehingga tidak akan menyebabkan gangguan pencernaan.
“Kalau mau makan di (waktu) sahur, semakin kecil potongannya semakin bagus, karena gampang diolah. Nggak ganggu pencernaan pas kita puasa,” jelas Emilia.
Sementara itu, potongan-potongan besar seperti steak sebaiknya dikonsumsi di waktu makan malam.
“Kalau kita mau makan steak, yang dagingnya gede-gede lbh bagus pada saat berbuka puasa. Saat makan malam saat pencernaan sudah ready,” lanjutnya.
Kendati demikian, Emilia juga mengingatkan akan pentingnya memperhatikan jeda waktu makan berat dengan waktu tidur.
Terlepas di bulan Ramadan atau bukan, Emilia menganjurkan untuk makan berat 2,5 hingga 3 jam sebelum tidur.
Baca Juga: Mudah Diolah dan Kaya Nutrisi, Simak Kelebihan Daging Domba yang Jarang Orang Tahu yuk!
“Kasih waktu 2.5 sampai 3 jam sebelum tidur. Kalau makan besar terlalu mepet jam tidur, pada saat kita tidur, (sistem pencernaan) kita nggak tidur sebetulnya, karena badan kita kerja keras (untuk mencerna makanan). Jadi kualitas tidurnya kurang,” ungkap Emilia.
Nah, jika jam tidur terganggu, akan lebih mudah terjadi penumpukkan lemak hingga berakibat pada meningkatnya kolesterol.
“Kalau jam tidur terganggu atau kurang, penumpukkan lemak jadi lebih cepat. Orang yang makan malamnya terlalu dekat dengan jam tidur biasanya trigliseridanya tinggi, kemudian deposit lemak di bawah permukaan kulit, kolesterol,” pungkas Emilia.
Diketahui, Australia sendiri adalah salah satu negara pengekspor terbesar daging domba di dunia.