Laporan Wartawan Grid.ID - Mentari Aprellia
Grid.ID - Pernikahan Putri Mako asal Jepang dengan seorang rakyat biasa sempat menjadi pemberitaan hangat media internasional pada 2021 lalu.
Sebab, anak dari Putra Mahkota Akishino dan Putri Mahkota Kiko ini harus melepaskan statusnya sebagai seorang putri kerajaan karena menikahi rakyat biasa.
Dilansir dari Kompas.com, Minggu (17/4/2022), ia kini hidup di Amerika Serikat mengikuti sang suami.
Karena sudah melepas gelar kebangsawanannya, ia pun harus menjalani hidup sederhana seperti orang biasa.
Kabar terbaru menyebutkan, Putri Mako sedang menjadi sukarelawan di Museum Seni Metropolitan New York, institut yang menyelenggarakan Met Gala.
Untuk pekerjaan ini, kabarnya tidak dibayar karena statusnya bekerja sukarela.
Kemungkinan, ia melakukan pekerjaan tersebut untuk membangun kariernya di Amerika Serikat.
Dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (17/4/2022), di sana ia mengerjakan pameran lukisan gulung gantung.
Baca Juga: Daftar Skuad Jepang, Denmark, dan Thailand yang Turun Lapangan untuk Thomas dan Uber Cup 2022
Lukisan ini terinspirasi dari kehidupan seorang biksu bernama Ippen (1239-1289) yang berkeliling Jepang selama Periode Kamakura (1192-1333).
Biksu Ippen memperkenalkan agama Buddha pada masyarakat dengan berdoa sambil menari.
Putri Mako bisa melakoni pekerjaan tersebut dengan baik karena latar belakang pendidikan dan pengalamannya sangat sesuai.
Ia mendapatkan gelar dari bidang seni dan warisan budaya dari International Christian University di Tokyo.
Ia juga pernah belajar sejarah seni di University of Edinburgh.
Tak ketinggalan, ia telah mendapatkan gelar master dari studi museum dan galeri seni University of Leicester.
Ketika masih menjadi bangsawan, ia pernah melakoni pekerjaan sebagai peneliti khusus di Museum Universitas Tokyo.
Namun, kini ia harus tinggal jauh dari keluarganya setelah ia menikah dengan teman kuliahnya, Kei Komuro, dan mengikuti sang suami yang sedang menjalani ujian profesi pengacara di New York.
Ia bahkan bersedia melepaskan tradisi pernikahan kerajaan yang mewah.
Sosoknya semakin menjadi pembicaraan tatkala ia menolak uang pembayaran sebesar 140 juta yen.
Sebenarnya uang tersebut merupakan haknya sebagai seorang wanita kerajaan yang meninggalkan keluarga kekaisaran.
(*)