"Saya hanya mencobanya untuk persediaan," kata Ma yang dikutip Grid.ID dari TribunJabar.id, Selasa (19/4/2022).
"Saya tidak yakin berapa lama ini akan berlanjut," imbuhnya.
Sebagai informasi, sebagian besar dari 25 juta penduduk Shanghai berada di bawah perintah ketat yang mengharuskan mereka tetap tinggal di rumah
Imbas dari aturan tersebut, penduduk pun marah karena kekurangan stok makanan dan takut dinyatakan positif Covid-19.
Sebab, jika mereka dinyatakan positif Covid-19, maka penduduk akan ditempatkan di pusat karantina raksasa.
Dahsyatnya wabah Covid-19 di Shanghai menjadikan kota tersebut menjadi sunyi.
Penduduk hanya mendengar suara robot anjing dan drone yang menyiarkan perintah untuk tes Covid-19 dan tetap berada di dalam rumah.
Setiap beberapa hari sekali, penduduk bahkan mengantre untuk tes swab yang dilakukan oleh pekerja berpakaian hazmat yang melakukan pengujian di dalam kompleks perumahan.
Otoritas Shanghai juga telah berusaha menyediakan tempat tidur yang cukup di rumah sakit darurat untuk orang-orang yang positif Covid-19.
Pemerintah mengatakan, 130.000 tempat tidur baru sudah siap atau sedang dibangun sebagai bagian dari karantina massal.
Sayangnya, kebijakan tersebut dianggap tidak efektif oleh banyak orang karena tingkat infeksinya yang sangat cepat.
(*)