Pasalnya, pemain film 'Perahu Kertas' itu dinilai belum memiliki pengalaman ekonomi.
Selain itu, hal itu dinilai sebagai cara Joko Widodo untuk merayu kaum muda di tengah tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
Hal itu diungkapkan oleh peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional, Wasisto Raharjo Jati.
"Penunjukan simbolis ini merupakan bagian dari upaya meredam kritikan dari kaum muda terhadap isu-isu kritis, seperti pekerjaan dan pelayanan publik," ujarnya.
Selain itu, usai penunjukkan, Maudy juga dinilai telah mengabaikan pertanyaan publik mengenai kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam gelaran G20 nanti.
Pelantun lagu 'Kejar Mimpi' itu pun mengungkap bahwa perannya sebagai juru bicara adalah menyampaikan hasil pertemuan G20 yang relevan dengan Indonesia.
Sedangkan, untuk isu sensitif, menurutnya akan ada perwakilan lain yang menyampaikannya.
Bahkan, penyelenggara pun mengarahkan wartawan agar menanyakan mengenai Maudy Ayunda secara pribadi sebagai ganti pertanyaan tersebut.
Baca Juga: Tampil Modis Kenakan Kain Batik, Dian Sastro Kampanyekan Kebaya Sebagai Pakaian Sehari-hari
Sedangkan, wakil dekan fakultas ilmu sosial dan politik Universitas Airlangga Irfan Wahyudi berpendapat bahwa penunjukan Maudy Ayunda cenderung dilihat sebagai gimik.
"Dalam hal ini, pemanfaatan anak muda akan dilihat sebagai gimmick, bukan sebagai fungsi strategis," ujarnya.
(*)