Find Us On Social Media :

Hati-hati, Berganti Kontrol Kelahiran Bisa Bikin Stres, Masa Bisa Begitu?

By Pradipta R, Minggu, 6 Mei 2018 | 15:23 WIB

Berganti Kontrol Kelahiran Bisa Bikin Stres?

Laporan wartawan Grid.ID, Pradipta R

Grid.ID – Kini semakin banyak pilihan kontrol kelahiran yang ditawarkan.

Dengan banyaknya pilihan, terkadang membuat konsumen lebih sulit pula menentukan yang cocok untuknya.

Sehingga membuat mereka kerap melakukan coba-coba dan sering berganti kontrol kelahiran untuk menemaukan yang benar-benar cocok untuknya.

(BACA JUGA: Dari Kim Kardashian Hingga Beyonce, Inilah 6 Jenis Diet Yang Dilakukan Selebriti Dunia Untuk Jaga Bentuk Tubuhnya)

Namun ada mitos yang menyebutkan bahwa sering berganti kontrol kelahiran bisa membuat stres.

Terlebih jika menggunakan kontrol kelahiran hormonal.

Apakah hal itu benar?

Dilansir Grid.ID dari laman Prevention, Brett Worly MD, seorang ob-gin di The Ohio State University Wexner Medical Center mengatakan bahwa keluhan depresi saat berganti control kelahiran bukanlah hal yang tidak biasa.

(BACA JUGA: Ingin Tahu Cara Menjaga Payudara Tetap Sehat? Simak Penjelasannya di Sini!)

Dan berdasarkan pengalamannya menemui berbagai keluhan tersebut, ia memutuskan untuk melakukan sebuah studi baru.

Studi tersebut mengeksplorasi hubungan antara kontrol kelahiran dan stres atau depresi.

Dan hal ini ditemukan pada kontrol kelahiran yang mengandung progestin.

Ia menemukan bahwa Depo Provera atau metode progestin memiliki efek depresi yang sangat mungkin terjadi.

Periset juga telah menganalisis 26 penelitian yang dilakukan  selama 30 tahun dalam sebuah meta analisis.

(BACA JUGA: Cobain yuk Diet yang Sesuai dengan Golongan Darahmu, Seperti Apa ya Kira-kira?)

Penelitian ini juga dipublikasikan dalam jurnal Contraception.

Dan mereka juga menemukan ada ‘asosiasi minimal’ antara metode kontrasepsi progestin dan depresi.

Hal ini pun semakin memperkuat temuan Worly mengenai hal tersebut.

Sedangkan untuk pil KB, Worly tidak menemukan adanya keterkaitan antara pil KB dengan stres atau depresi.

Kenapa depresi itu bisa terjadi?

Sebab ada peralihan atau perubahan terhadap mood dan adanya perasaan tertekan atau kekhawatiran tertentu. (*)