Devi mengungkapkan pesanan tempe pertama kali dari komunitas orang Indonesia di Amerika.
Ia pun langsung mendapatkan pesanan 10 tempe sekaligus.
Pesanannya itu ia buat dengan sangat antusias dan lekas membeli bahan-bahannya.
"Ya Tuhan aku enggak pernah menyangka, 10 tempe untuk minggu depan hari Sabtu," kata Devi.
Tempe memang sulit ditemukan di luar negeri. Karena itu biasanya dijual dengan harga mahal.
Bahkan 10 tempe buatan Devi ini dijual dengan harga Rp 450 ribu.
Hingga kini Devi semakin banyak memiliki pelanggan yang menyukai tempe buatannya.
Melihat dan mengonsumsi tempe bagi orang Indonesia adalah hal biasa. Namun tidak bagi orang luar negeri.
Tempe di luar negeri jadi makanan langka, dicari, dan disukai banyak orang.
Seperti saat Kompas Travel mengikuti kelas kreatif tempe bersama Benny Santoso di Ubud Food Festival 2018 persembahan ABC dan didukung Kementerian Pariwisata.
Betapa terkejut, ternyata dari 20 peserta hanya Kompas Travel saja yang orang Indonesia.
"Saya pertama kali mencoba tempe di Indonesia dua tahun lalu. Saya makan tempe yang ada gado-gado dan rasanya super enak," kata Ashley asal Melbourne, Australia.
Ashley mengatakan ia tak biasa makan tempe tanpa makanan pendamping lain. Jadi biasanya ia makan tempe dengan sambal atau daging.
Max adalah seorang vegetarian dan tempe pertamanya ia santap 20 tahun lalu.
"Suka sekali, buktinya sampai sekarang saya masih makan tempe," kata Max.
Sebagai seorang vegetarian, Max mengatakan tempe adalah pengganti daging yang sangat baik.
Kini teman-temannya yang non-vegetarian di Australia mulai melirik tempe.
Artikel ini telah tayang di laman GridPop.ID dengan judul: Dulu Kerap Wara-wiri di Layar Kaca, Bintang Iklan Ini Pilih Vakum dari Dunia Hiburan, Kini Sang Artis Banting Stir Jualan Tempe Bersama Suami Bulenya di Amerika Serikat (*)