Grid.ID – Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar di Nusa Dua, Bali tahun ini, Indonesia mengedepankan tiga isu prioritas, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan ekonomi, serta transisi ekonomi berkelanjutan.
Isu kesehatan dipilih Indonesia dalam Presidensi G20 karena krisis kesehatan melanda masyarakat global. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah berlangsung selama dua tahun lamanya. Di samping itu, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 juga masih menghadapi berbagai kendala maupun ketimpangan.
Untuk diketahui, target vaksinasi global pada 2021 berada di angka 40 persen dari populasi dunia. Angka ini naik menjadi 70 persen pada pertengahan 2022.
Sayangnya, meski jumlah produksi vaksin global mampu menggapai 70 persen populasi dunia, masih banyak negara yang masih terkendala dengan distribusi vaksin maupun fasilitas kesehatan, khususnya negara berkembang.
Alhasil, terjadi ketimpangan capaian vaksinasi. Negara maju dengan infrastruktur yang baik sudah mengantongi angka vaksinasi berkisar 80 hingga 100 persen. Sementara di negara berkembang, angka vaksinasi masih tergolong rendah.
Di Indonesia, tingkat vaksinasi pada 2021 hampir menyentuh angka 50 persen dari jumlah populasi nasional. Angka tersebut tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang lain yang masih terkendala suplai vaksin dan fasilitas untuk vaksinasi.
Guna mencegah terjadinya risiko penularan yang kembali meluas, diperlukan mekanisme dan komitmen bersama negara-negara G20 untuk melakukan penggalangan sumber daya kesehatan global.
Hal tersebut mencakup ketersediaan dana untuk penyediaan vaksin, obat, dan alat kesehatan, serta tenaga kesehatan yang siap diterjunkan kapan saja untuk membantu negara yang mengalami krisis kesehatan.
Baca Juga: 'Doain Ya' Didampingi Kuasa Hukumnya, DJ Una Penuhi Panggilan Bareskrim Terkait Kasus DNA Pro
Sebelumnya, wacana serupa juga telah disampaikan Indonesia pada KTT G20 2021 di Italia.
Salah satu usulan yang diberikan oleh Indonesia kala itu adalah pentingnya penguatan global health architecture. Utamanya dalam hal kebijakan dan instrumen global untuk protokol kesehatan yang terstandarisasi secara internasional.
Selain itu, usulan tersebut juga dilakukan untuk mewujudkan instrumen pooling of global resource yang menjadi pokok pembahasan kesehatan pada KTT G20 2022.
Melalui usulan dan tiga topik KTT G20 2022 tersebut, Presiden Joko Widodo berharap arsitektur kesehatan global yang kuat tidak hanya mampu menyelesaikan masalah kesehatan dunia saat ini, tetapi juga membantu dunia agar lebih tahan terhadap risiko pandemi dan berbagai masalah kesehatan global di masa depan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Usman Kansong menjelaskan isu arsitektur kesehatan global dipilih bukan hanya karena akan berdampak bagi masyarakat dunia, tetapi juga bagi kepentingan nasional.
Untuk itu, Indonesia harus mendorong tata kelola kesehatan yang lebih tangguh pascapandemi Covid-19.
"Indonesia bisa bekerja sama untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih tangguh, supaya masyarakat yang tinggal di daerah terpencil bisa mendapatkan akses layanan kesehatan lebih baik," ujar Usman dikutip dari rilis resmi, Senin (25/4/2022).
Ajak para pemimpin berkolaborasi
Guna mewujudkan komitmen mencapai sistem kesehatan yang tangguh, Menteri Kesehatan (Kemenkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa Kemenkes selaku ketua Health Working Group telah menetapkan tema “Menata Ulang Arsitektur Kesehatan Global” dengan tiga isu prioritas bidang kesehatan.
Adapun isu tersebut mencakup membangun ketahanan sistem kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global dan memperluas manufaktur global, serta kehadiran pusat pengetahuan untuk pencegahan pandemi, kesiapsiagaan, dan respons.
Lewat ketiga isu tersebut, Indonesia juga akan mengajak para pemimpin negara G20 untuk berkolaborasi dalam pemulihan pandemi dan pengumpulan sumber daya pencegahan, dengan tetap berpegang pada prinsip solidaritas, akuntabilitas, dan kesetaraan.
“Respons kolektif negara G20 akan menentukan jalannya pandemi saat ini dan di masa depan. Hari ini adalah saat untuk mengubah arsitektur kesehatan global kita,” kata Budi.