Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Kisah seorang bayi yang ditelantarkan di dalam kardus di bawah Jembatan Babaton, Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang, Jawa Barat, sempat bikin heboh pada 2017 silam.
Pasalnya, akhir kisah, bayi tersebut diadopsi oleh Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
Kabar gembira tersebut sempat disampaikan Cellica Nurrachadiana melalui akun media sosialnya.
"Hati kecil saya tak dapat dibohongi, seketika saya ingin menjaga dan menjadi ibu angkat sampai tergerak orangtuanya menjemputnya malaikat kecil ini di suatu hari nanti.
Dengan atas izin buah hati saya ananda “Muhammad Keefa Banidica Rachadikarya" serta keluarga saya,
maka syukur Alhamdulillah semua memberi izin kepada saya utk merawat bayi kecil ini dan di beri nama "Muhammad Keenan Nabeel Rachadian" yang artinya anak laki laki yang cerdas mandiri energik keturunan Rasullah dan bagian keluarga Cellica Nurrachadiana menjadi nya anak angkat saya.
saya juga akan mengurus syarat2 untuk merawat bayi ini sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Ya Allah, maafkanlah kami & saudara2 kami yang seandainya masih belum dapat menjaga dan menjalankan amanat dariMu.
Terimaksh kepada Bapak Kapolres Beserta Jajaranya, Pak Kapolsek Teluk Jambe Timur, RSUD beserta jajaran
Dan semua warga yang ternyata msh byk di antara kita berniat baik serta berhati mulia utk memberikan kasih syg yg tulus pada bayi ini.
Semoga Allah mempermudah segalanya, amiin," tulis Cellica di akun Instagramnya @cellicanurrachadiana, dikutip melalui GridPop.id.
Kini, bayi beruntung tersebut tumbuh menjadi bayi yang tampan dan otomatis menjadi anak pejabat.
Kisah seorang anak beruntung yang diadopsi keluarga kaya juga pernah terjadi pada Seada, di Washington, Amerika Serikat.
Namun, Seada bertemu dengan keluarga barunya karena menyelamatkan tas.
Dikutip Grid.ID melalui TribunBali.com, Sabtu (30/4/2022), 30 tahun yang lalu, seorang istri pengusaha di Washington tak sengaja kehilangan tasnya di dalam rumah sakit di malam musim dingin.
Sang pengusaha tampak sangat gelisah, lalu berusaha mencarinya pada malam itu juga.
Karena di dalam tasnya tidak hanya berisi 100 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1.3 miliar, tapi juga ada informasi pasar yang sangat rahasia.
Ketika pengusaha bernama Anderson tersebut tiba di rumah sakit, dia melihat seorang bocah perempuan kurus sedang berjongkok.
Bocah itu tampak menggigil di sudut koridor rumah sakit sambil mendekap sebuah tas.
Si pengusaha pun langsung mengenali itu adalah tas istrinya yang jatuh.
Ternyata bocah bernama Seada ini ke rumah sakit untuk menemani ibunya yang sakit keras.
Ibu dan anak yang miskin ini telah menjual semua barang-barang yang bisa dijual.
Uang yang terkumpul juga hanya cukup untuk biaya pengobatan semalam.
Apabila tidak ada uang, maka ibunya akan didepak dari rumah sakit.
Malam itu, Seada yang tak berdaya mondar-mandir di koridor rumah sakit.
Dia menatap ke atas dan memohon kepada Tuhan untuk bertemu dengan seseorang yang baik hati yang bisa menyelamatkan ibunya.
Tiba-tiba, tas yang terselip di bawah ketiak seorang wanita yang turun terburu-buru dari loteng jatuh tanpa disadarinya ketika melewati koridor rumah sakit.
Mungkin ia merasa masih ada sesuatu di bawah ketiaknya, sampai-sampai tidak sadar tasnya jatuh.
Saat itu hanya ada Seada sendiri di koridor.
Dia berjalan mengambil tas itu, kemudian bergegas berlari ke pintu.
Sayangnya wanita itu telah naik ke sebuah mobil dan berlalu dari hadapannya.
Seada kembali ke kamar pasien tempat ibunya dirawat.
Ketika dia membuka tas itu, ibu dan anak ini pun tercengang melihat tumpukan uang tunai di dalamnya.
Detik itu juga, terlintas dalam benak mereka kalau uang itu mungkin bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit ibunya.
Namun, ibu Seada menyuruh putrinya mengembalikan tas itu ke koridor, menunggu pemiliknya datang mengambilnya.
“Seyogianya yang harus kita lakukan dalam hidup ini adalah membantu orang lain, kita juga seyogianya ikut cemas dengan apa yang dicemaskan orang lain, dan hal yang paling tidak patut kita lakukan adalah serakah dengan harta yang tak jelas asal usulnya,” kata ibu Seada.
Anderson pun mendapatkan kembali tasnya, dan ia terharu dengan perilaku bocah itu.
Anderson kemudian berupaya membantu perawatan ibu bocah itu.
Sayangnya meskipun Anderson sudah berusaha semaksimal mungkin, ibu Seada tak terselamatkan.
Dia meninggalkan anak perempuannya sebatang kara di dunia.
Anderson kemudian mengadopsi Seada, merawat dan menyekolahkannya.
Setelah mendapatkan tasnya, Anderson bukan saja mendapatkan kembali 100.000 dollar AS miliknya, tapi yang terpenting adalah informasi pasar yang hilang itu akhirnya didapatkan kembali.
Itu membuat bisnis pengusaha itu seketika melonjak dan menjadi miliarder.
Seada yang telah diadopsi oleh Anderson sejak ibunya meninggal, telah menamatkan kuliahnya dan membantu bisnis sang miliarder.
Meski Anderson belum memberikan tugas sebenarnya, namun dalam praktik jangka panjangnya, kecerdasan dan pengalaman Anderson telah memengaruhi Seada secara tidak langsung.
Hal itu menjadikan Seada sebagai sosok orang yang matang.
Saat memasuki usia senjanya, Anderson selalu meminta pendapat Seada mengenai pandangannya.
Detik-detik menjelang masa kritisnya, Anderson meninggalkan sebuah surat wasiat yang mengejutkan. Begini bunyi surat itu.
“Saya sudah kaya sebelum mengenal ibu Seada. Namun, ketika saya berdiri di depan ibu dan anak yang miskin dan sedang sakit yang tidak tergoda dengan setumpuk uang yang dipungutnya itu, apalagi saat itu mereka sedang membutuhkan uang, saya merasa mereka bahkan jauh lebih kaya dari saya, karena mereka memegang teguh prinsip hidup yang mulia. Itu adalah prinsip yang sangat minim dimiliki pengusaha.”
“Harta yang saya dapatkan semuanya ini hampir berasal dari berbagai trik dan intrik. Adalah mereka yang membuat saya sadar bahwa modal hidup terbesar dalam hidup seseorang adalah perilaku.”
“Saya mengadopsi Seada bukan untuk balas budi, juga bukan karena simpati. Tapi saya mengundang sesosok tauladan. Dengan adanya dia di sisi saya, saya bisa mengingat hal mana yang pantas atau tidak dilakukan dalam bisnis. Inilah alasan pokok saya belakangan yang membuat usaha saya terus berkembang makmur, dan saya menjadi miliarder."
"Setelah kematian saya, seluruh harta dan aset saya wariskan pada Seada sebagai penerusnya. Ini bukan hadiah, tapi demi agar usaha saya bisa lebih gemilang, saya yakin putra saya yang pintar bisa mengerti dengan pertimbangan matang saya selaku ayahnya.”
Ketika putra Anderson pulang dari luar negeri, dia membaca dengan seksama surat wasiat ayahnya.
Dia segera tanpa ragu sedikit pun menandatangani persetujuan tentang surat warisan terkait harta termaksud.
“Saya setuju Seada mewarisi seluruh aset ayah saya. Saya hanya meminta Seada menjadi istri saya,” katanya.
Melihat putra Anderson menandatangani surat persetujuan warisan tersebut, Seada merenung sejenak, lalu membubuhkan tanda tangan.
“Saya terima seluruh harta maupun aset dari Anderson, termasuk putranya,” ujar Seada.
(*)