Sang kiai merestui dan meminta Hari untuk membimbing mualaf itu agar imannya terus terjaga.
Masngud pergi tak membawa bekal, kecuali beberapa setel baju dari pesantren Lirboyo.
Ia tinggal di pesantren yang diasuh Gus Hari, Ponpes Al Hasani, Desa Jatimulyo Alian Kebumen.
Di usianya yang semakin senja, Masngud masih bersemangat mempelajari Islam.
Ia membaur dengan santri lain untuk belajar Al Quran hingga kitab kuning yang menjadi ciri khas pendidikan pesantren, antara lain kitab fikih Fakhul Qorib.
Semakin dalam ia mempelajari Islam, Masngud mengaku keimanannya semakin mantap.
"Baca Al Quran sedikit-sedikit sudah bisa," katanya
Jika dulu ia berjaya saat menjadi pendeta, kini ia hanya warga biasa.
Tapi Masngud tak pernah menyesalinya.
Gemerlap dunia hanya sekilas atau fana baginya.
Terpenting bagaimana ia bisa menjaga iman dan memperbanyak amal di sisa umurnya.