Kapal itu dulunya bekerja untuk perusahaan makanan laut Jepang, Maruha Nichiro Corporation.
Setelah 1995, kapal ini beberapa kali berpindah kepemilikan.
Pada Februari 2018, Andrey Dolgov terlihat di sebuah pelabuhan di Madagaskar.
Baca Juga: Sambil Menggendong Anak, Bule Rusia Viral Ngamen di Pasar Tradisional Demi Cari Uang Agar Bisa Makan
Saat kapten kapal itu mengaku kapal itu bernama STS-50 dan memberikan nomor Organisasi Maritim Internasional palsu, sebuah nomor yang harus dimiliki kapal dengan ukuran tertentu, dan sejumlah dokumen aspal lainnya.
Melihat ini pemerintah Madagaskar langsung memperingatkan CCAMLR, yang mengatur penangkapan ikan di lautan wilayah selatan sekitar Antartika.
Sekali lagi kapal ini dan krunya berhasil lolos, namun kali ini mereka meninggalkan jejak.
Adanya kabar kapal pencuri ikan menuju ke perairan Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberi lampu hijau pada AL Indonesia untuk mengejar dan menangkap kapal tersebut.
Namun, saat kapal itu memasuki Selat Malaka yang sibuk, sinyal AIS Andrey Dolgov menghilang, bercampur aduk dengan sinyal lain di kawasan itu.
Sehingga, AL Indonesia hanya mengandalkan kalkulasi berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kilgour dan timnya untuk memperkirakan lokasi kapal itu.
AL Indonesia kemudian mengirim KRI Simeulue 2, sebuah kapal patroli pantai, untuk mengejar dan menghentikan Andrey Dolgov.
"Selama 72 jam terakhir semua orang terlibat dan nyaris tidak tidur," kata McDonnell dari Interpol.