Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Belakangan ini, masyarakat Indonesia mengeluhkan cuaca yang lebih panas dari biasanya.
Khususnya Jabodetabek, di mana BMKG mencatat adanya suhu tertinggi di Tangerang yaitu 35 derajat Celcius.
Terkait dengan fenomena ini, BMKG menjelaskan bahwa ada dua hal yang menyebabkan suhu panas di Indonesia.
Yang pertama adalah posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia memasuki musim kemarau.
“Tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi,” jelas BMKG dikutip dari akun Instagram resminya, @infobmkg via Kompas.com.
Kedua, dominasi cuaca cerah dan tingkat pertumbuhan awan yang rendah tersebut mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di permukaan bumi.
Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat merasakan suhu yang cukup terik atau panas pada siang hari.
BMKG juga memprediksi bahwa suhu panas ini mungkin bisa berlangsung hingga pertengahan bulan Mei 2022 mendatang.
Untuk itu, masyarakat disarankan untuk waspada dan menjaga stamina selama kondisi ini berlangsung.
Pasalnya, suhu panas sangat berpotensi membuat seseorang terkena dehidrasi, apalagi jika beraktivitas di luar ruangan.
Melansir Kompas.com, bahaya dehidrasi tidak boleh disepelekan karena dapat mengancam jiwa.
Dehidrasi bisa menyebabkan cedera panas mulai dari kram panas hingga serangan panas, masalah kesehatan kencing dan ginjal, hingga gangguan elektrolit dan kejang.
Bahkan, dehidrasi juga bisa menyebabkan syok hipovolemik yaitu kondisi ketika volume darah rendah sehingga terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan jumlah oksigen dalam tubuh.
Hal inilah yang sangat berbahaya dan terkadang dapat mengancam jiwa.
Selain itu, dikutip dari GridHealth.id, suhu panas juga bisa menyebabkan dampak kesehatan yang lebih parah lagi.
Misalnya adalah kelelahan akibat panas dan stress hingga meninggal dunia karena suhu panas yang ekstrem.
Suhu panas yang ekstrem juga bisa memperburuk masalah kesehatan yang ada seperti penyakit jantung dan paru-paru.
(*)