Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Selain Rusia, negara yang memiliki sniper dengan kemampuan yang mengerikan yaitu Jepang.
Bak seorang samurai, sniper Jepang terkenal sebagai pasukan yang bertempuh hingga tetes darah terakhir.
Sniper Jepang bertempur demi kehormatan bangsa dan pengabdian pada sang kaisar.
Mayoritas sniper Jepang telah berpengalaman dalam Perang Manchuria yang berlangsung September tahun 1931.
Manchuria adalah wilayah timur laut China yang saat itu berhasil diduduki oleh Jepang.
Itulah sebabnya Manchuria menjadi tempat kependudukan Jepang.
Pertempuran Manchuria disebabkan oleh hal tak terduga yang dilakukan Uni Soviet.
Uni Soviey menyerang kependudukan Jepang di Manchuria.
Peristiwa itu merupakan sebuah serangan kuat yang menewaskan 650 dari 850 tentara Jepang dalam kurun 2 hari saja.
Akibatnya, Kaisar Hirohito begitu syok dan memohon pada Dewan Perang untuk mempertimbangkan menyerah saja.
Saat perang berlangsung, para sniper Jepang bersembunyi di puncak-puncak pohon atau lubang kecil.
Meskipun hanya dibekali nasi kering dan air putih, sniper Jepang sanggup mengendap selama berminggu-minggu.
Para sniper Jepang yang bertengger di pucuk pohon, khususnya pohon kelapa, memiliki motto hanya akan turun sebagai mayat akibat tembakan peluru musuh.
Prinsip sniper Jepang semasa PD II nyaris sama, membunuh tentara Amerika sebanyak mungkin sampai dirinya sendiri terbunuh.
Dibandingkan sniper Rusia, Jerman, dan Sekutu, sniper Jepang memiliki keunikan sendiri karena mereka bertempur seorang diri tanpa dibantu observer.
Sniper Jepang juga bukan prajurit sukarelawan, tapi prajurit tulen yang bertempur di bawah sumpah kaisar Jepang.
Karena pengabdiannya itu, sniper Jepang tidak mengenal istilah gagal dalam tugas.
Para sniper hanya dipersenjatai senapan tempur standar Arisaka Model 97 atau 99 dan teleskop yang terbilang sederhana karena tak bisa dikoreksi memiliki kemampuan bidik yang sangat akurat pada jarak 550 meter.
Untuk menghadapi sniper Jepang yang gemar bersarang di atas pohon, pasukan AS tidak mengerahkan sniper-nya (countersniper), melainkan memberondongnya menggunakan senapan mesin antitank kaliber 37 mm.
Ketika peluru kaliber besar itu menghantam pucuk pohon kelapa, bukan hanya sniper Jepang yang jatuh tewas, buah dan dahan kelapa juga turut berjatuhan.
Sementara para sniper Sekutu lainnya, seperti Inggris yang mengerahkan sniper asal Australia dan Selandia Baru yang berpengalaman selama PDI mempunyai taktik khusus untuk melumpuhkan sniper Jepang.
Baik sniper Australia maupun Selandia Baru tidak lagi memberlakukan doktrin 'satu peluru satu nyawa' untuk menembak jatuh sniper Jepang yang bertengger di puncak pohon.
Dalam duel sniper, mereka menggunakan senapan mesin Bren yang ditembakkan sampai pelurunya habis disusul oleh jatuhnya sniper Jepang.
(*)