Kedua, dia membangun ibu kota yang sama sekali baru di tempat tak berpenghuni, yang sekarang kita sebut Amarna, di padang pasir.
Soal agama, Akhenaten langsung membangun serangkaian kuil Aten, pembangunannya mungkin dimulai pada tahun pertama pemerintahannya.
Bahkan dia tampaknya memiliki pandangan bahwa Aten bukan hanya menjadi dewa tertinggi tetapi satu-satunya dewa.
Masalahnya Akhenaten tidak mampu meyakinkan semua orang Mesir untuk menaruh harapan spiritual satu-satunya di Aten.
Sementara untuk ibu kota baru, lokasinya dipilih agar matahari terbitnya memiliki makna simbolis.
Tak lama, ibukota ini dengan cepat tumbuh menjadi sekitar 4,6 mil persegi (kira-kira 12 kilometer persegi).
Sayangnya, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Antiquity menunjukkan bahwa orang-orang biasa di Amarna menderita kekurangan gizi dan tingkat kematian remaja yang tinggi, bahkan menurut standar waktu itu.
Pertumbuhan anak-anak terhambat, dan banyak tulang yang keropos akibat kekurangan nutrisi.
Mungkin karena rakyat jelata hidup dengan hanya mengonsumsi roti dan bir.
Arkeolog Anna Stevens mengatakan kepada LiveScience dalam sebuah wawancara pada saat penelitian itu diterbitkan.
Para peneliti juga menemukan bahwa lebih dari tiga perempat orang dewasa memiliki penyakit sendi degeneratif.