Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Sniper ulung Korps Marinir AS (USMC), Carlos Hathcock, menjadi salah satu sosok legenda dalam peperangan.
Demi memburu seorang jenderal, Carlos Hathcock rela merayap sejauh 2,5 kilometer yang dilakukannya selama 4 hari!
Bakat alami Carlos Hathcock sebagai seorang sniper jitu sudah terlihat dari sejak kecil.
Saat usia remaja, Hathcock yang tinggal di pedesaan Little Rock, Arkansas, terbiasa memegang senjata api dan pergi berburu sendiri atau hanya ditemani anjingnya.
Kemahiran Carlos dalam berburu makin menjadi-jadi ketika ayahnya memberikan senapan bekas Perang Dunia II.
Ketika berumur 17 tahun, Carlos diterima di Korps Marinir AS dan segera menjalani latihan dasar kemiliteran.
Kemampuan Carlos sebagai penembak jitu langsung ketahuan saat berlatih menembak di pusat pendidikan USMC, Camp Pendleton.
Alhasil para instruktur tak pernah absen mengirimkan Carlos di setiap ajang lomba menembak.
Tak heran sewaktu ditempatkan di Company E, 2nd Battalion, 4th Marines, Hawai, Carlos berhasil memenangi lomba tembak Pacific Division.
Usai tugas di Hawai, Carlos ditarik lagi ke AS dan ditempatkan di Marine Air Station, Cherry Point, North Carolina.
Berbagai kejuaraan menembak kembali dimenangi Carlos dengan score 248, sementara nilai tertinggi yang bisa dicapai oleh para sniper adalah 250.
Sampai saat ini, nilai 248 yang dipecahkan oleh Carlos belum pernah dilampaui sniper lainnya.
Tahun 1965, Carlos kembali memenangkan lomba menembak Wimbledon Cup di Camp Perry yang merupakan lomba tembak paling elit di kalangan USMC.
Tahun 1966, Carlos ditempatkan sebagai Polisi Militer di Vietnam yang kemudian dilanda perang besar yang melibatkan puluhan ribu pasukan AS.
Peran Carlos sebagai sniper baru terlaksana ketika Kapten Marinir Edward James Land bermaksud menggalakkan ketersediaan sniper di setiap peleton pasukan marinir.
Carlos kemudian ditempatkan di medan tempur yang terkenal ganas, Bukit 55.
Si sana, ia diberi tugas spesifik untuk melumpuhkan para petinggi Vietcong dan Pasukan Vietnam Utara, serta melumpuhkan sebanyak mungkin sniper lawan (countersniper).
Kehadiran Carlos yang didampingi seorang observe (spotter) berpengalaman pun segera memakan korban.
Puluhan personel Vietcong dan pasukan Vietnam Selatan tewas akibat tembakan maut Carlos yang bersenjata Winchester Model 70.
Salah satu taktik Carlos untuk menghabisi Vietcong adalah menembak personel yang berada di baris paling depan.
Selanjutnya, ia menghabisi Vietcong yang berada di barisan paling belakang.
Pasukan Vietcong yang kebingungan dan berusaha bersembunyi kemudian menjadi sasaran tembakan jitu Carlos satu demi satu hingga semua personel Vietcong habis.
Selain menghabisi musuh yang berhasil diendapnya, Carlos juga mendapat tugas khusus untuk menghabisi sasaran spesifik.
Dua sasaran besar yang pernah dilumpuhkan Carlos adalah interogator asal Perancis yang bertugas di pasukan Vietcong.
Interogator yang dikenal kejam itu bertugas menyiksa para tawanan pilot AS dengan mengajukan pertanyaan yang disertai siksaan kejam.
Teror yang selalu dilancarkan interrogator Perancis di seputar Bukit 55 demikian terkenal dan membuat takut para pasukan marinir AS.
Setelah melakukan pengendapan secara seksama, satu butir peluru Winchester Model 70 yang ditembakkan Carlos berhasil menumbangkan interogator Perancis itu.
Tugas lain Carlos sangat menantang dan butuh kesabaran serta stamina tinggi adalah ketika mendapat misi rahasia untuk membunuh salah satu jenderal Vietnam Utara.
Perlu waktu, keterampilan dan kesabaran tinggi untuk mencapai kemah sang Jenderal dan selalu dalam penjagaan ekstra ketat.
Akhirnya, selama tiga hari Carlos tidak tidur dan terus merayap mendekati posisi jenderal Vietnam Utara yang berada di tendanya.
Setelah merayap kurang lebih 2,5 km yang ditempuh secara perlahan, pada hari keempat dengan jarak 731,52 meter, sang jenderal tampak keluar dari tendanya.
Sebuah tembakan tunggal dari senapan Carlos menghantam tepat di bagian dada sehingga menumbangkan jenderal Vietnam Utara sampai tewas.
Membalas kematian petingginya, pasukan Vietnam Utara segera melancarkan gempuran tembakan meriam artileri dan mortir dalam jumlah besar ke posisi pasukan AS yang bertahan di Bukit 55.
Gempuran masif itu juga diharapkan bisa membunuh Carlos dan spotter-nya yang saat itu berusaha keras menuju Bukit 55 di bawah hujan peluru artileri musuh.
Tapi Carlos yang sudah kelelahan dan kurang tidur bisa kembali selamat ke sarangnya tanpa luka sedikitpun.
Carlos bahkan tetap selamat hingga Perang Vietnam usai.
Selama bertugas sebagai sniper di Vietnam, Carlos tercatat berhasil membunuh 93 prajurit Vietnam Utara dan gerilyawan Vietcong.
(*)