Melalui karya seninya, Alif mengingatkan kita bahwa kita perlu menyiapkan bekal untuk hari esok demi terjaganya keseimbangan alam.
Pada era pandemi yang dilihat membawa banyak perubahan yang cukup signifikan pada tatanan hidup masyarakat.
Pembatasan fisik yang dibantu dengan bantuan teknologi, beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru.
Namun di balik itu semua, seniman Rifkki Arrofik menampilkan karyanya yang berjudul Cross Pseudo Zone and Reality in the Window memberikan makna bahwa dengan adanya social distancing justru memberikan dampak baik karena secara tidak langsung menjaga satu sama lain.
Intinya, terkurung sekaligus terlindung.
Sama halnya dengan seniman Kurt A. Hoesli yang menceritakan dirinya saat kunjungannya ke Indonesia dan dihadapkan pada situasi lockdown di berbagai penjuru dunia.
Membuatnya dihadapkan dengan pilihan keputusan bertahan di Indonesia atau kembali ke negara asalnya di Swiss.
Dengan karyanya berjudul Kunci Menerangi Jalan, ia menceritakan pilihannya tersebut dengan sebuah ikon kunci berbentuk keris yang memiliki kekuatan magis di dalamnya.
Bahwa di setiap perjalanan hidup, keputusan yang diambil akan selalu membawa makna di dalamnya.
Pada bagian harapan, seniman Diah Yulianti mengekspresikan perasaannya pada pandemi saat ini yang banyak merenggut nyawa manusia dengan makhluk tidak tampak namun mematikan, virus Corona.
Melalui karyanya berjudul Yang Pulang, Tumbuh, menceritakan bahwa dengan kembalinya para roh kepada Sang Kuasa juga meninggalkan bibit-bibit baruyang menjadi generasi penerusnya.