Find Us On Social Media :

Selalu dianggap Anak Emas, Jennifer Pan Tega Sewa Pembunuh Bayaran untuk Bunuh Orangtuanya karena Muak

By Rissa Indrasty, Sabtu, 14 Mei 2022 | 07:32 WIB

Jennifer Pan yang membu8nuh orangtua karena dituntut untuk terus berprestasi.

Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty

Grid.ID - Nama Jennifer Pan menjadi sorotan karena tega menghabisi nyawa orangtuanya.

Padahal, Jennifer Pan merupakan anak yang diharapkan menjadi gemilang dan sukses di masa depan oleh orangtuanya.

Siapa sangka, harapan orangtuanya tersebut justru membuat Jennifer Pan depresi dan nekat membunuh orangtuanya.

Dilansir Elitereaders, sebuah kasus tragis merenggut nyawa orangtua seorang gadis bernama Jennifer Pan.

Sang ibu tewas, dan ayahnya nyaris tewas oleh percobaan pembunuhan.

Yang membuat miris, dalang perencanaan pembunuhan ini tak lain adalah Jennifer sendiri.

Gadis yang terkenal jenius ini nekat menghabisi nyawa orangtuanya karena depresi dituntut terus menjadi anak berprestasi di sekolah.

Jennifer Pan dikenal sebagai 'anak emas' di mata orangtuanya.

Ia siswa berprestasi selama menempuh studi di SMA Katolik, dan dengan mudah lulus sebagai sarjana Farmasi dari Universitas Toronto Kanada yang dikenal sebagai kampus favorit.

Baca Juga: Song Ji Hyo Akan Tampil di Episode 7 Shooting Star, Aura Lucunya Masih Terlihat Meski Perankan Sosok Artis Papan Atas, Hindari Nonton di Situs Ilegal Drakorindo!

Orangtua Jennifer adalah pengungsi asal Vietnam dan di perantauan mereka di Kanada, mereka harus bekerja keras sebagai buruh untuk menghidupi dua buah hati mereka.

Inilah alasan kedua orangtua Jennifer memiliki harapan yang sangat tinggi agar putrinya tersebut bisa belajar dengan giat, bahkan harus berprestasi dalam bidang pendidikan yang ditempuhnya.

Kedua orangtuanya sangat menghargai pendidikan. Mereka juga orangtua yang disiplin, cenderung keras, bagi Jennifer dan adiknya, Felix, Jennifer adalah anak istimewa dan menjadi kebanggaan orang tua.

Jennifer disiplin mengikuti les piano dan skating dan menguasai keduanya dengan sangat baik.

Jennifer juga berlatih bela diri dan perenang yang baik.

Dan di luar kegiatan ekstrakurikuler, ia adalah pelajar teladan yang tekun belajar hingga larut malam.

Pesta dan pacaran menjadi hal terlarang di rumahnya. Pendidikan adalah segalanya.

Miris, di balik semua hal mengesankan itu, tersembunyi kebohongan, kebencian, dan dendam yang kemudian menjurus pada tindakan mengerikan yang menghancurkan keluarga dan diri Jennifer: pembunuhan sadis.

Segala harapan orangtuanya ternyata membuat Jennifer merasa tertekan.

Saat di kelas 8, prestasi belajar Jennifer mulai drop. Ia tak lagi antusias belajar, dan nilai mulai anjlok, perlahan kepercayaan dirinya menurun.

Baca Juga: Amankah Menggunakan Pore Strip untuk Menghilangkan Komedo? Simak Penjelasan dari Ahlinya!

Demi menutupinya, Jennifer mulai berbohong hingga kebohongan menjadi kebiasaannya.

Gadis itu pun menjalani kehidupan ganda yang penuh kepalsuan dan penipuan.

Orangtua Jennifer mengira, putrinya adalah murid teladan, pelajar kelas "A", namun nyatanya ia hanyalah kelas "B".

Mendapatkan nilai B masih lumayan bagi siswa lain, namun, di keluarga Jennifer merupakan itu aib.

Untuk menutupinya, Jennifer memalsukan raportnya, menutupi ketidakmampuannya.

Meski demikian, nilainya masih lumayan, ia pun diterima di Ryerson University di Toronto.

(*)

Namun, tak jadi mendapatkannya, gara-gara gagal dalam mata pelajaran kalkulus di akhir masa studinya.

Tak ingin mengecewakan orangtuanya, perempuan berkacamata itu berpura-pura kuliah.

Ia mengaku akan belajar sains selama 2 tahun di Ryerson University, sebelum melanjutkan kuliah di jurusan farmasi di University of Toronto yang terkemuka.

Jennifer mengumpulkan buku-buku bekas, berbohong bahwa ia mendapatkan beasiswa sehingga orangtuanya tak curiga mengapa mereka tak pernah dimintai uang untuk membayar kuliah.

Baca Juga: Disadarkan oleh Penjual Air Minum, Pendaki Ini Tak Sadar Wajah dan Tangannya Berlumuran Darah Usai Nekat Mendaki Gunung Sendirian di Tengah Malam!

Tiap pagi Jennifer pamit kuliah pada orangtuanya. Namun, bukannya menuju kampus, ia pergi ke sebuah perpustakaan.

Tiba saat wisuda, gadis berambut hitam itu kembali berbohong dengan mengatakan, undangan yang dibagikan pada pihak orangtua terbatas.

Gara-gara ketahuan berbohong, orangtua Jennifer semakin bersikap keras.

Kebohongan itu berjalan lancar, hingga suatu ketika Bich dan Hann curiga dengan perilaku putri mereka.

Keduanya pun menguntit Jennifer yang mengaku bekerja di sebuah rumah sakit.

Saat dusta itu terungkap, tak hanya hati orangtuanya yang hancur.

Jennifer pun makin tertekan, Bich dan Hann makin keras pada putrinya yang kala itu berusia dewasa.

Telepon genggam dilarang, komputer menjadi barang haram, Jennifer pun tak boleh berkencan dengan kekasihnya Daniel Wong.

Bahkan, odometer atau penunjuk jarak pada mobil selalu dipantau.

Jennifer diperintahkan melanjutkan pendidikannya. Pengawasan ketat pun diberlakukan pada perempuan dewasa itu.

Baca Juga: 'Minta Jatah Malam', Lagi Asyik Bermesraan dengan Aktris Terkenal, Baim Wong Kaget Pintu Kamar Digedor-gedor Sosok Tak Terduga, Ternyata Teman Sendiri!

Daniel kemudian memutuskan hubungan. Itu menjadi titik krisis baginya.

Setelah putus, Jennifer dekat dengan pria bernama Andrew Montemayor, teman sekolahnya saat SD.

Ia pun mulai berpikir bagaimana untuk lepas dari segala tekanan.

Bersama Montemayor dan teman sekamar kekasih barunya itu, Ricardo Duncan, mereka merancang sebuah plot.

Namun, apa yang mereka rancang hanya sekadar rencana hingga hubungan mereka bubar.

Jennifer pun dekat lagi dengan Daniel. Mereka berencana untuk menyewa tukang pukul.

Untuk memberi pelajaran pada "orangtua yang dianggap terlalu mengekang".

Jennifer mendapatkan ponsel baru dari Daniel, juga kontak ke seorang pria bernama Lenford "Homeboy" Crawford yang meminta duit 10 ribu dolar Kanada untuk mengerjai orangtua perempuan itu.

Entah bagaimana awalnya, rencana itu menjadi plot pembunuhan.

Merasa itu kelewatan, Daniel mundur. Suatu malam pada tahun 2010, Jennifer memutuskan untuk mengeksekusi rencananya.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Raffi Ahmad Mendadak Pamer Kunjungan dari Kapolsek Cinere, Netizen Heboh Kaitkan Kasus Penipuan Medina Zein

Kala itu, jarum jam menunjuk ke pukul 22.00. Crawford, Mylvaganam, dan pria ketiga bernama Eric Carty memasuki pintu depan rumah target. Mereka semua membawa senjata.

Bich dan Hann dipaksa turun ke lantai bawah. Kepala mereka ditutupi selimut.

Sang ayah, Hann ditembak 2 kali, salah satunya di bagian muka.

Sementara ibunya, Bich ditembak 3 kali di kepala dan tewas seketika.

Ajaibnya, Hann selamat dan mengingat semua yang terjadi pada momentum mengerikan itu.

Pada 2014, pengadilan atas kasus tersebut digelar.

Saat vonis bersalah dijatuhkan, Jennifer tak menunjukkan emosinya. Datar.

Namun, saat awak media meninggalkan ruang sidang, ia menangis dan gemetar tak terkendali.

Dengan dakwaan tingkat pertama, Jennifer divonis seumur hidup, tanpa kesempatan mengajukan pembebasan bersyarat selama 25 tahun.

Ia berusia 28 tahun saat duduk sebagai pesakitan.

Baca Juga: Pantas Jadi Legenda! Demi Tembak Mati Jenderal Vietnam, Sniper Ulung Marinir AS Ini Merayap Sejauh 2,5 Kilometer Selama 3 Hari

"Dan untuk dakwaan percobaan pembunuhan terhadap ayahnya, ia juga divonis menerima hukuman seumur hidup, yang akan dijalani secara bersamaan."

Carty, Mylvaganam, dan Crawford masing-masing menerima hukuman serupa.

Cara mendidik anak yang dilakukan oleh orangtua Jennifer Pan tersebut bisa disebut juga dengan metode Tiger Parenting.

Dikutip Grid.ID melalui Kompas.com, Jumat (13/5/2022), metode tiger parenting merupakan salah satu pola asuh yang sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan para orangtua di seluruh dunia.

Pola asuh tiger parenting pertama kali diperkenalkan oleh penulis Amy Chua lewat bukunya, Battle Hymn of the Tiger Mother.

Wanita yang merupakan profesor hukum di Universitas Yale, AS ini menulis tentang pengaruh kebudayaan Cina, yang dimilikinya, dalam pola pengasuhannya.

Apa itu Tiger Parenting?

Tiger parenting adalah metode pengasuhan yang bersikap keras dan otoriter secara terang-terangan.

Gaya pengasuhan seperti ini terlihat dingin, menuntut, dan sering kali tidak mendukung secara emosional.

Chua, yang mendeskripsikan dirinya sebagai Tiger Mom, melakukannya dengan cara melarang anak perempuannya menonton televisi, bermain game komputer, menginap, berkencan, atau mendapatkan nilai kurang dari A.

Pesan utamanya adalah keberhasilan akademik wajib dicapai dengan pengorbanan apapun termasuk kekurangan waktu bermain dan kelonggaran lainnya untuk anak.

Baca Juga: Pantas Jadi Legenda! Demi Tembak Mati Jenderal Vietnam, Sniper Ulung Marinir AS Ini Merayap Sejauh 2,5 Kilometer Selama 3 Hari

Namun tiger parenting berbeda dengan otoriter parenting. American Psychological Association (APA) mengatakan, tiger parenting mencakup pola asuh negatif dan positif tingkat tinggi sekaligus.

Misalnya keberadaan aturan ketat sekaligus kehangatan dan dukungan penuh dari orangtua pada anak.

Para tiger mom maupun dad merupakan orang yang mempraktikkan strategi pengasuhan positif dan negatif secara bersamaan.

Banyak Pro Kontra

Gaya pengasuhan Amy Chua menuai pro kontra dari banyak pihak. Ada yang memberikan reaksi keras karena menganggap tiger parenting tidak akan menghasilkan perkembangan yang optimal pada anak.

Banyak yang menilai, bukunya itu hanya ditulis berdasar pengalaman pribadinya. Bukunya tidak didukung penelitian ilmiah yang dapat mempertimbangkan perbedaan antar keluarga dan berbagai kemungkinan hasilnya.

Sementara itu, para pendukungnya berkeras kesuksesan akademis dan musik anak-anak Chua merupakan bukti efektivitas metode ini.

Souzan Swift, PsyD, seorang psikolog di Amerika Serikat mengatakan kesuksesan anak adalah hal utama dan terpenting dalam tiger parenting.

"Anak-anak sering kali menuruti permintaan orangtua mereka karena takut akan hukuman,” jelasnya.

Ia mengatakan anak-anak membutuhkan penerimaan dan cinta dari orangtuanya.

Oleh sebab itu, tiger parenting mungkin saja bisa berpengaruh buruk pada kesehatan mental anak.

Baca Juga: Definisi Bestie Sejati, Marshanda Tulis Pesan Haru Buat Nia Ramadhani yang Baru Lepas dari Narkoba: Kamu Telah Memenangkan Pertempuranmu di Neraka!

Gaya mengasuh ini tampak berniat positif untuk menunjang kesuksesan anak dalam hal akademis.Namun ini mungkin mengikat harga diri dan penerimaan anak dengan tingkat kesuksesan mereka, yang dapat menciptakan banyak tekanan dan stres.