Metode cuci otak Terawan itu dikenal sebagai Intra-Arterial Heparin Flushing (IAHF) untuk tujuan terapi yang merupakan modifikasi Digital Subtraction Angiography (DSA).
"Kondisinya baik, walaupun masih pakai kursi roda ya. Dan (Tukul) sudah mendapatkan DSA," kata dia.
Saat ini, Vaksin Nusantara masih dalam tahap pengembangan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan rekomendasi penggunaan vaksin Nusantara dalam jumlah besar untuk vaksinasi Covid-19.
Nasib penelitian vaksin Nusantara juga ditentukan melalui nota kesepahaman alias MoU antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) pada 19 April lalu.
Dari MoU itu disepakati bahwa proses pengambilan sampel darah relawan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta itu hanya dilakukan guna kepentingan penelitian dan pelayanan.
Artinya, proses vaksin Nusantara ini bukan uji klinis vaksin untuk dimintakan izin edar oleh BPOM, melainkan hanya layanan kepada masyarakat.
Meski begitu, sudah banyak pejabat tinggi negara yang mau menerima vaksin Nusantara.
Terlepas dari itu semua,vaksin Covid-19 memang sangat dianjurkan untuk diberikan.
Selain mencegah penularan, ini juga dapat meminimalisir dampak infeksi yang bisa terjadi.
Dalam artikel berjudul "Why vaccination is safe and important" yang dilansir dari nhs.uk (30/3/2021), disebutkan bahwa orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga infeksi virus tersebut bisa diminimalisir.
Artikel ini telah tayang di laman GridFame.ID dengan judul: Begini Kondisi Setelah Jalani Cuci Otak Oleh dr Terawan, Tukul Arwana Disebut Bakal Disuntik Vaksin Nusantara Guna Hal Ini (*)