Find Us On Social Media :

Mahasiswa ITB Ini Bikin Geger Lantaran Gantung Diri, Ternyata Survei Menunjukkan 20 Persen Mahasiswa di Bandung Serius Perihal Bunuh Diri

By Rissa Indrasty, Minggu, 15 Mei 2022 | 05:30 WIB

Ilustrasi gantung diri

Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty

Grid.ID - Mahasiswa S2 ITB bernama Muhtar sempat membuat geger masyarakat karena memutuskan untuk bunuh diri.

Warga Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini telah menempuh pendidikan Sarjana Teknik Elektro angkatan tahun 2014.

Muhtar melanjutkan pendidikan pascasarjana di ITB jurusan Mikro Elektronika tahun 2018.

Saat ditemukan wafat, Muhtar Amin masih terdaftar sebagai mahasiswa semester dua.

Melansir laman Kompas.com, Muhtar tewas gantung diri di kamar indekosnya, yang terletak di Jalan Sadang Hegar, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (3/9/2019) sekitar pukul 17.15 WIB.

Kejadian ini terungkap saat seorang saksi melihat ada tali tambang berwarna biru yang terlilit di kusen pintu.

Saksi tersebut kemudian berusaha membuka pintu kamar Muhtar, namun gagal lantaran terganjal badan Muhtar.

Kapolsek Coblong AKP Auliya Djabar, mengungkapkan bahwa badan Mohtar membelakangi pintu.

Baca Juga: Janji Beri Uang Rp 1 Juta Ternyata Cuma Bawa Rp 200 Ribu, Sopir Angkot di Bogor Ini Malah Bunuh Teman Kencan dari Aplikasi MiChat, Diajak Berhubungan Badan Dahulu Sebelum Dihabisi

"Terlihat korban sudah dalam keadaan tergantung membelakangi pintu," ungkap Auliya, dikutip dari Kompas.com.

Saksi yang melihat tali tambang lalu memotongnya agar bisa membuka pintu.

Melihat Muhtar telah tewas, warga kemudian melaporkan kasus tersebut ke polsek setempat. Muhtar kemudian dibawa ke RSHS Bandung oleh pihak polisi.

Pihak kepolisian menduga bahwa Muhtar bunuh diri lantaran mengalami depresi.

Setelah menelusuri kamar Muhtar, polisi menemukan beberapa bukti yang merujuk dugaan para polisi.

Dikutip dari laman TribunJabar.com, Kamis (5/9/2019), polisi menemukan pesan terakhir Muhtar yang ditulis pada aplikasi catatan di laptop miliknya, yang ditemukan masih menyala.

Polisi juga menemukan obat untuk depresi di kamar Muhtar.

Obat tersebut diperkirakan didapat Muhtar sekitar satu bulan ke belakang.

Pihak kampus pun sangat menyayangkan kejadian tersebut, lantaran Muhtar merupakan mahasiswa berprestasi. Bahkan Muhtar mendapat beasiswa untuk studi di Turki.

Baca Juga: Tak Hanya Terjadi di Luar Negeri, Seorang Anak di Indonesia Ini Tega Bunuh Ibu Kandungnya Sendiri Lantaran Sering Diomeli dan Dituntut

Meski berprestasi, tapi kondisi mental Muhtar tidak baik-baik saja.

Kesehatan jiwa di kalangan akademisi hingga kini belum mendapatkan perhatian atau menjadi prioritas.

Padahal mahasiswa calon penerus pemimpin bangsa dan menjadi prasyarat World Class University.

Dikutip Grid.ID Melalui Kompas.com, Sabtu (14/5/2022), Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Teddy Hidayat mengatakan, peristiwa tiga mahasiswa bunuh diri di sebuah perguruan tinggi dalam waktu tiga bulan menjadi bukti tingginya angka bunuh diri di kalangan mahasiswa.

“Sekaligus menjadi bukti kegagalan perguruan tinggi dalam memberikan perlindungan dan keamanan mahasiswanya,” ujar Teddy kepada Kompas.com di sela-sela World Mental Health Day di Bandung, Sabtu (12/10/2019).

Teddy mengatakan, sebuah survei dilakukan tahun ini pada mahasiswa semester satu perguruan tinggi di Kota Bandung.

Hasilnya, ditemukan 30,5 persen mahasiswa depresi, 20 persen berpikir serius untuk bunuh diri, dan 6 persen telah mencoba bunuh diri seperti cutting, loncat dari ketinggian, dan gantung diri.

Perilaku bunuh diri, sambung Teddy, merupakan puncak dari berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa.

Tekanan Akademis hingga Ketidakjelasan Kelulusan

Hal yang umum antara lain tekanan akademis, ketidakjelasan kelulusan, ancaman drop out. Kemudian faktor keuangan dan biaya hidup, hubungan dengan dosen, orangtua, serta muda mudi.

Baca Juga: Bikin Mewek, Seorang Anak Buatkan Mie Instan untuk Ibunya yang Sedang Sakit, Ekspresi Menahan Tangis Jadi Sorotan

“Kendala lain yang tidak kalah penting adalah belum setiap perguruan tinggi memiliki tim konseling. Kalaupun sudah ada belum dimanfaatkan oleh mahasiswa,” tuturnya.

Hal lain yang mengherankan adalah hingga kini BPJS tidak membiayai penderita bunuh diri karena dianggap penyakit yang dibuat sendiri.

Padahal banyak mahasiswa yang kehidupannya pas-pasan. Jangankan berobat, untuk hidup sehari-hari saja kekurangan.

Layanan Konseling

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Baca Juga: 'Alhamdulillah dapat Honor 118 Ribu', Guru MTS Honorer Ini Tetap Ucap Rasa Syukur Meski Hanya Dibayar Rp 4 Ribu Perjam

(*)