Berkat prestasi itu, MA mendapat tawaran dari sebuah SMP internasional di Semarang.Lagi-lagi prestasinya moncer.
MA keluar sebagai lulusan terbaik di SMP itu, dan kembali mendapatkan tawaran beasiswa sekolah, kali ini di Turki.
Selama sekolah di Turki, MA sempat kecewa, karena tidak bisa mengambil jurusan IPA.
"Pemilihan jurusan itu sekolah yang menentukan, katanya dia sudah pintar di IPA, untuk memperluas pengetahuannya, dia dimasukan di jurusan IPS,"
"Dia sempat minta bantuan gurunya agar dipindah dijurasan IPA, dan tukar jurusan dengan temannya, tapi gak bisa," terangnya.
Namun semangat Mukhtar tidak berhenti sampai di situ, dia meminta ayahnya untuk mengirimkan buka pelajaran jurasan IPA.
"Dia belajar jurusan IPA sendiri, saya sering kirimkan buku Biologi, Fisika, Matematika seperti itu," imbuhnya.
MA menempuh pendidikan SMA di Turki selama empat tahun.
Setelah lulus almarhum kembali ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya di ITB dengan mengambil jurusan Teknik Elektro.
"Dia kan gak punya NIM, dia masuk ITB lewat jalur Penerimaan Mahasiswa Baru WNI Luar Negeri (PMBLN-ITB)."
"Ada celah sedikit saja anak saya bisa memanfaatkan kesempatan itu, meskipun dia jurusan IPS, namun dia bisa kuliah di jurusan IPA," jelasnya.