Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Kematian mahasiswa S2 ITB bernama Muhtar Amin sempat membuat geger tahun 2019 silam.
Betapa tidak, mahasiswa pascasarjana di ITB jurusan Mikro Elektronika tahun 2018 ini memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Muhtar tewas gantung diri di kamar indekosnya, yang terletak di Jalan Sadang Hegar, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (3/9/2019) sekitar pukul 17.15 WIB.
Kejadian ini terungkap saat seorang saksi melihat ada tali tambang berwarna biru yang terlilit di kusen pintu.
Saksi tersebut kemudian berusaha membuka pintu kamar Muhtar, namun gagal lantaran terganjal badan Muhtar.
Kapolsek Coblong AKP Auliya Djabar, mengungkapkan bahwa badan Mohtar membelakangi pintu.
"Terlihat korban sudah dalam keadaan tergantung membelakangi pintu," ungkap Auliya, dikutip dari Kompas.com.
Saksi yang melihat tali tambang lalu memotongnya agar bisa membuka pintu.
Pihak kepolisian pun menduga bahwa Muhtar bunuh diri lantaran mengalami depresi.
Setelah menelusuri kamar Muhtar, polisi menemukan beberapa bukti yang merujuk dugaan para polisi.
Dikutip dari laman TribunJabar.com, Kamis (5/9/2019), polisi menemukan pesan terakhir Muhtar yang ditulis pada aplikasi catatan di laptop miliknya, yang ditemukan masih menyala.
"Sorry everyone, I just can't take it anymore (maaf semuanya, aku sudah tidak tahan lagi)," terang Auliya.
Tak hanya itu saja, Auliya mengungkapkan bahwa saat Muhtar melakukan hal nekat tersebut, mahasiswa ITB ini sambil memutar lagu sendu.
Lagu tersebut berjudul Will The Circle Be Unbroken, yang merupakan original soundtrack (OST) game Bioshock Infinite.
"Terlihat di laptopnya, korban sedang mendengarkan lagu untuk Ost sebuah game dari YouTube," imbuh Auliya.
Polisi juga menemukan obat untuk depresi di kamar mahasiswa Warga Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah tersebut.
Obat tersebut diperkirakan didapat Muhtar sekitar satu bulan ke belakang.
Pihak kampus pun sangat menyayangkan kejadian tersebut, lantaran Muhtar merupakan mahasiswa berprestasi. Bahkan Muhtar mendapat beasiswa untuk studi di Turki.
Dikutip Grid.ID melalui Tribunnews.com, Minggu (15/5/2022), srbelum menempuh pindidikan di ITB, menempuh pendidikan SMA di Turki selama 4 tahun.
Hal tersebut diungkapkan ayah MA, Siman saat ditemui TribunSolo.com di rumahnya di Mojolaban, Sukoharjo, Rabu (4/9/2019).
Menurut Siman, anaknya itu sejak kecil sudah terlihat rajin dan pintar. Saat duduk di bangku SD, dia pernah menjuarai olimpiade sains.
Berkat prestasi itu, MA mendapat tawaran dari sebuah SMP internasional di Semarang.Lagi-lagi prestasinya moncer.
MA keluar sebagai lulusan terbaik di SMP itu, dan kembali mendapatkan tawaran beasiswa sekolah, kali ini di Turki.
Selama sekolah di Turki, MA sempat kecewa, karena tidak bisa mengambil jurusan IPA.
"Pemilihan jurusan itu sekolah yang menentukan, katanya dia sudah pintar di IPA, untuk memperluas pengetahuannya, dia dimasukan di jurusan IPS,"
"Dia sempat minta bantuan gurunya agar dipindah dijurasan IPA, dan tukar jurusan dengan temannya, tapi gak bisa," terangnya.
Namun semangat Mukhtar tidak berhenti sampai di situ, dia meminta ayahnya untuk mengirimkan buka pelajaran jurasan IPA.
"Dia belajar jurusan IPA sendiri, saya sering kirimkan buku Biologi, Fisika, Matematika seperti itu," imbuhnya.
MA menempuh pendidikan SMA di Turki selama empat tahun.
Setelah lulus almarhum kembali ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya di ITB dengan mengambil jurusan Teknik Elektro.
"Dia kan gak punya NIM, dia masuk ITB lewat jalur Penerimaan Mahasiswa Baru WNI Luar Negeri (PMBLN-ITB)."
"Ada celah sedikit saja anak saya bisa memanfaatkan kesempatan itu, meskipun dia jurusan IPS, namun dia bisa kuliah di jurusan IPA," jelasnya.
Menurutnya, anaknya memang suka hal baru yang memberikan tantangan yang lebih sulit, sehingga sampai akhir hayatnya, dia belum pernah bercerita bercita-cita sebagai apa.
Almarhum masuk di ITB pada tahun 2014, setelah menempuh pindidikan selama empat tahun, dia lulus.
Kemudian, almarhum kembali melanjutkan pendidikan S2 di ITB dengan mengambil jurusan mikro elektronika.
Baru dua semester menempuh masa studinya, dia ditemukan tidak bernyawa di kamar kostnya.
Menurut Siman, anaknya itu tidak memiliki daya ingat yang baik, tapi dia rajin dan mau belajar serta berusaha.
"Anak saya pernah bilang, jika ingatannya gak bagus, tapi dia orangnya sregep (rajin),"
"Jika teman-temannya satu kali baca langsung ingat, dia mungkin butuh beberapa kali baca dulu," ucapnya.
Meninggalnya MA meninggalkan kedua orang tuanya dan tiga adiknya, jenazah almarhum saat ini sudah dikebumikan di TPU yang tidak jauh dari rumahnya.
(*)