Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Baru-baru ini fakta mengejutkan mengenai kasus pembunuhan anggota Dinas Perhubungan Makassar Najamuddin Sewang akhirnya terkuak.
Seperti yang diberitakan Grid.ID sebelumnya, Najamuddin tewas ditembak oleh orang suruhan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Makassar, Iqbal Asnan.
Dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Sabtu (21/5/2022), pembunuhan itu pun didasari dari motif asmara cinta segitiga.
Ya, Iqbal cemburu buta dan tidak menyukai korban yang mendekati RCH, wanita incarannya.
Hal itu diungkap oleh Kepala Polrestabes Makassar, Kombes Polisi Budi Hartanto.
"Motifnya asmara atau cinta segitiga. Jadi, dari situ, kemudian direncanakan pembunuhan terhadap korban. Korban ditembak oleh pelaku menggunakan motor," jelasnya.
Kini, Iqbal pun telah ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan tersebut.
Namun, baru-baru ini terkuak bahwa sebelum menembak korban, Iqbal sempat menempuh cara gaib untuk menghabisi nyawa Najamuddin.
Ya, dikutip Grid.ID dari TribunnewsBogor.com pada Sabtu (21/5/2022), terkuak bahwa sebelum menembak korban, Iqbal meminta dua anak buahnya yakni M Asri dan Sahabuddin untuk memberitahunya mengenai rekomendasi dukun yang hebat.
Dirinya ingin mengirimkan santet untuk Najamuddin.
Kemudian, Iqbal pun mendapatkan sebuah telur dari dukun tersebut yang sudah berisikan santet.
Tak dilakukan sendirian, Iqbal pun juga memerintahkan dua anak buahnya untuk melemparkan telur tersebut ke rumah korban.
Kendati hal itu sudah dilakukan, nyatanya santet itu justru tak berkerja pada Najamuddin.
Hal itu tak ayal membuat Iqbal kian murka.
Akhirnya ia memerintahkan dua anak buahnya untuk menembak Najamuddin saat berkendara.
Sedangkan, dikutip Grid.ID dari TribunMakassar.com pada Sabtu (21/5/2022), Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Budhi Haryanto mengungkap bahwa pelaku menggunakan senjata berjenis Revolver.
Bahkan, senjata itu diketahui dibeli dari jaringan teroris melalui online.
"Senjata ini dibeli melalui online yang setelah kita selidiki ternyata terkait dengan jaringan teroris," ujarnya.
Sedangkan, untuk eksekusinya, Iqbal kembali memerintah dua anak buahnya dengan imbalan uang Rp 85 juta sebagai tanda terima kasih.
"Bukan untuk membayar ya, itu sebagai tanda terima kasih. Totalnya Rp 85 juta," jelasnya.
(*)