Find Us On Social Media :

Terdaftar Sebagai Pendonor Kornea Mata Sebelum Meninggal Dunia, Almarhum BJ Habibie Disebut Bakal Berikan Organnya Itu untuk Anaknya? Begini Kebenarannya

By Rissa Indrasty, Selasa, 7 Juni 2022 | 07:45 WIB

BJ Habibie

 
Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
 
Grid.ID - Kematian Presiden ketiga RI BJ Habibie membuat publik sangat berduka dan kehilangan.
 
Saat itu, kisah hidup BJ Habibie kembali mencuri perhatian publik karwna sangat inspiratif.
 
Salah satu hal yang paling inspiratif adalah ketika Ketua Bank Mata Indonesia Tjahjono Gondhowiardjo dalam acara program 'Sepuluh Ribu Mata' oleh Pollux Habibie International pada (3/5/2016).
 
Terdaftarnya nama BJ Habibie sebagai pendonor mata menjadi bukti kesediaannya untuk memberikan kornea mata jika meninggal dunia nantinya.
 
Menurut Tjahjono menjadi pendonor mata tidak terbatas usia.
 
Seperti diketahui BJ Habibie telah menginjak usia kepala 8 saat mendaftar jadi pendonor mata, namun kondisi matanya masih sehat.
 
Mereka yang masih muda belum tentu matanya lebih sehat dari mereka usia tua.
 
"Ada pasien yang dioperasi saat usia 40 tahun. Dia mendapat donor dari orang berusia 80 tahun. Sekarang, orang yang dioperasi itu sudah berusia 80 tahun juga. Bayangkan, pada matanya ada kornea hidup 120 tahun," jelas Tjahjono.
 
Disamping itu, beredar pula isu bahwa BJ Habibie mendonorkan kornea matanya untuk anaknya, Thareq Kemal Habibie.
 
Baca Juga: Jadi Satu-satunya Orang Indonesia yang Masuk Daftar Pemilik IQ Tertinggi di Dunia, BJ Habibie Ternyata Lampaui IQ Albert Einstein Lho, Begini Kebenarannya

Seperti yang diketahui, Thareq Kemal Habibie selalu mengenakan penutup pada salah satu matanya sehingga tampak seperti "bajak laut." 

Namun, isu BJ Habibie mendonorkan matanya untuk Thareq Kemal Habibie merupakan berita palsu.
 
Pasalnya, Thareq Kemal Habibie menggunakan penutup mata karena menderita glaukoma.
 
Penyakit glaukoma tidak bisa ditangani dengan donor kornea mata karena yang rusak adalah bagian retinanya.
 
Dikutip Grid.ID melalui Kompas.com, Minggu (5/6/2022), penyakit glaukoma berisiko terjadi kepada mereka yang memiliki riwayat keluarga glaukoma.
 
Selain itu, berisiko pula terjadi terhadap orang-orang dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan migrain.
 
Faktor usia dan obat juga bisa memengaruhi seseorang menderita glaukoma.
 
Mereka yang berusia 40 tahun ke atas dan pengguna steroid dalam berbagai bentuk sediaan obat, berisiko terkena penyakit ini.
 
Penderita mata minus dan plus, serta mereka yang memiliki trauma mata juga sangat berisiko mengalami glaukoma.
 
Baca Juga: BJ Habibie Disemayamkan di Samping Pusara Istrinya, Begini Kondisi Makamnya Saat Digali, Bikin Petugas Terkesan dan Terkesima, Ternyata Gegara Hal Ini

Proses terjadinya glaukoma

Di dalam mata, terdapat organ yang dinamakan badan siliar.
 
Tugas dari organ tersebut adalah menghasilkan cairan bola mata yang disebut akuos humor.
 
Dalam keadaaan normal, akuos humor mengalir melalui pupil, lalu ke sudut bilik mata depan dan ke luar melalui jaringan-jaringan pada bilik mata depan yang disebut anyaman trabekulum.
 
Pada penderita glaukoma, terdapat gangguan pada sistem pembentukan dan pengeluaran cairan akuos humor sehingga tekanan bola mata menjadi tinggi.
 
Gejala Glaukoma
 
Gejala awal penderita glaukoma umumnya adalah hilangnya penglihatan tepi atau samping.
 
Akan tetapi, gejala ini biasa tidak terlalu dirasakan oleh penderita.
 
Glaukoma, yang biasa disebut “pencuri penglihatan”, kerap luput dari perhatian hingga akhirnya mengalami kebutaan.
 
Gejala glaukoma ke tingkat yang lebih parah biasanya diikuti dengan gejala berikut:
 
Melihat lingkar cahaya di sekitar lampu
Hilangnya penglihatan
Kemerahan pada mata
Mata yang terlihat kabur
Mual atau muntah
Sakit mata, dan penglihatan sempit.
 
(*)