"Sejak kecil, kita tahu keberadaan buaya di sungai ini, jadi ketika dewasa dan menjadi seorang nelayan, sudah tahu yang akan terjadi jika melintas sungai," katanya.
"Faktanya, kami belum pernah menemukan ada penduduk desa yang memiliki konflik dengan buaya, karena buaya seperti teman kita," lanjutnya.
"Puluhan tahun kita bekerja, konsekuensinya harus timbul, tetapi mereka tidak memberikan ancaman," tambahnya.
Menurut cerita lama yang berkembang, nelayan sebelumnya pernah membuat perjanjian dengan buaya di sungai Kesang.
Mereka melepaskan buaya yang tertangkap dalam kandang, kemudian melepaskan buaya yang terjebak dalam jaring, sedangkan buaya tidak akan menyerang manusia.
"Jadi buaya dewasa tidak akan mengganggu nelayan. Itu selalu saya katakan kepada para nelayan untuk melepaskan jaring yang menjebak buaya," katanya pada mStar.
Seolah-olah untuk menghormati nelayan yang hendak ke laut, buaya tersebut melarikan diri ketika suara mesin kapal mulai berbunyi.
"Kami tidak perlu repot memasang jebakan, karena buaya tidak akan mendekati kami," katanya.
"Begitu dia mendengar suara mesin, mereka akan menghilang dan pergi ke tempat lain, konseskuensinya hanya mereka akan muncul saat mesin dimatikan," tambahnya.
"Namun, mereka juga tidak akan menyerang kami, bahkan tidak mendekat," terangnya.