Kira-kira 30% dari sekolah sampel di Kenya menyediakan pembalut untuk siswi, tetapi dalam banyak kasus, pembalut hanya ditawarkan untuk keadaan darurat.
Seorang siswi lain bernama Agnes nasibnya lebih beruntung dari Judy.
Dia berhasil lari dari pengemudi boda-boda dan menolak berhubungan seks.
Sayangnya, teman-temannya kurang beruntung.
Baca Juga: Siswi Daerah Perkampungan Kumuh di Kenya Rela Jual Diri Demi Dapatkan Pembalut
"Sebagian besar teman-teman saya menderita karena kurangnya pembalut," katanya.
"Artinya kebanyakan menyerah pada pengemudi boda-boda yang membuat mereka hamil. Ini mengarah pada kehamilan anak dan keluarga yang dipimpin oleh anak-anak," jelasnya.
Satu dari sepuluh anak perempuan di Afrika akan hilang dari sekolah selama masa menstruasi karena tidak memiliki akses ke produk sanitasi, atau tidak ada toilet yang aman di sekolah.
Meski demikian, Kenya telah membuat kemajuan dalam masalah ini.
Melalui pemerintah, inisiatif UNICEF, dan mitra, sekitar 90.000 anak perempuan di 335 sekolah akhirnya memiliki akses ke toilet yang aman dan higienis, terutama bagi perempuan menstruasi.
Baca Juga: Peserta Asal Kenya Ini Berhasil Finish Pertama di Barelang Marathon 2018 Kategori 21K
(*)