Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Widy Vierra mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual.
Hal itu ia ceritakan saat hadir di podcast Deddy Corbuzier beberapa waktu lalu.
Widy Vierra hingga kini pun mengaku masih trauma dan ketakutan saat dirinya menjadi korban pelecehan seksual pada 2011 silam.
Dalam kesempatan itu, bersama Cinta Laura, Widy menjelaskan kronologi insiden menyedihkan itu
Diwartakan Grid.ID, Widy mengaku bahwa kejadian tak mengenakan itu terjadi ketika dirinya baru saja selesai bekerja dan berolahraga.
"Kita musisi pasti kan kerjanya malam. Aku habis latihan olahraga basket, aku punya mantan yang toxic, dia ketemu sama temen-temennya," kata Widy.
Saat itu, Widy menyebut dirinya sedang sial hingga diculik oleh orang-orang yang sedang mabuk.
Beruntungnya, wanita 32 tahun itu berhasil melarikan diri setelah menunjukkan tato miliknya yang ada di bagian tangan.
"Gue apes aja saat itu, mereka lagi mabok. Mereka angkut gue aja. Gue mencoba berontak sambil susah nelponin mantan."
"Setelah gue diangkut ya udah gue kasih tahu gue siapa, dan untungnya mereka tau Widi Vierra ini punya tato," jelasnya.
Setelah mengatakan jika ia adalah vokalis band, penculik Widy itu pun langsung ketakutan karena khawatir Widy akan melaporkan mereka ke polisi.
"Mereka berdiskusi, takut kalau gue bikin laporan atau apa lah. Coba orangnya (yang diangkut) bukan gue gitu lho. Pasti lanjut diapa-apain di dalam mobil," sambungnya.
Meski ia enggan kasus tersebut diketahui oleh publik, tapi pada 2011, kasus tersebut malah viral setelah Kevin mengungkapnya melalui media sosial Twitter.
Dari kejadian tersebut, Widy sampai harus melakukan visum di rumah sakit hingga menghilang dari media sosial selama beberapa waktu.
Dalam kasus yang dialami Widy Vierra, sebenarnya ia mengaku sempat melaporkan kejadian itu ke pihak berwenang.
Namun, karena tidak mendapatkan respons positif, akhirnya dia memendam luka itu sendirian.
Terlepas dari hal tersebut, sebenarnya ada sejumlah alasan mengapa korban pelecehan tidak berani bicara.
Mengutip New York Family via Kompas.com, ada beberapa alasan dalam penelitian dan respons dari korban pelecehan seksual:
1. Menyalahkan diri sendiri
Menurut profesor antropologi di University of California, Riverside, perasaan menyalahkan diri sendiri adalah satu hal yang umum bagi korban pelecehan seksual.
"Ada kepercayaan umum soal budaya zaman dulu bahwa wanita yang tidak baik-baik akhirnya diperkosa."
"Keyakinan seperti itu dapat membuat korban berpikir bahwa pelecehan yang dialaminya akibat kesalahan diri sendiri," katanya.
2. Takut risiko
Kemudian, alasan umum korban tidak melaporkan pelecehan seksual adalah karena dia takut adanya timbal balik.
Sebagai contoh, pelecehan seksual dilakukan oleh atasan di tempat kerja.
Maka beberapa korban mengakui bahwa mereka tidak berani speak up karena takut dipecat.
Baca Juga: Mengenal Eksibisionis, Pelecehan Seksual yang Dialami Istri Isa Bajaj Saat Olahraga Pagi
3. Malu
Penelitian oleh Marjorie R. Sable dalam Journal of American College Health pada tahun 2006 juga menyebut bahwa alasan utama korban tidak melaporkan tindakan pelecehan yang karena merasa malu dan bersalah.
"Banyak orang yang menganggapnya sebagai aib," katanya.
Hal tersebut membuat sejumlah korban pelecehan malu ketika mereka laporkan kejadian itu ke pihak berwajib.
4. Hukuman tidak setimpal
Ada kondisi ketika pelecehan itu terjadi, si pelaku tidak menerima konsekuensi yang tidak setimpal.
Jika pelaku terbukti, maka hukuman yang mereka dapatkan dianggap tidak seimbang dengan dampak perilaku mereka.
Hukuman ringan pada pelaku pelecehan itu, menurut para ahli bisa menjadi pemicu pelecehan seksual masih marak terjadi.
5. Dianggap tindakan biasa
Ternyata di beberapa lingkungan tertentu seperti di tempat kerja, perilaku pelecehan seksual masih dianggap sesuatu yang wajar.
Hal akan menumbuhkan budaya pada anggapan kalau itu adalah suatu hal yang biasa.
(*)