"Syaratnya harus ada hasil laboratorium kalau kopi kita bebas bahan kimia," ujar Jemalin.
Membina Petani Kopi
Meski Jemalin merupakan seorang petani, namun ia pun juga membina para petani lainnya.
"Melibatkan petani binaan ada 21 anggota. Kopinya juga kita tampung dengan syarat tidak memakai pupuk atau penyemprotan herbisida," tutur Jemalin.
Hasil kopi dari petani binaan tersebut pun diterima dengan harga yang lebih tinggi.
"Kita akan terima dengan harga yang lebih tinggi dari petani lain, bisa lebih mahal 2000 rupiah per satu kilonya,".
Penangkaran Luwak Terbesar
Selain perkebunan kopi, Tiara Global Coffee ini pun juga menghasilkan kopi luwak yang juga sudah diekspor ke berbagai negara.
Tiara Global Coffee memiliki penangkara luwak terbesar yang ada di Desa Tarwadi, Kute Panang, Takengon, Aceh Tengah.
Berawal dari melihat pemeliharaan musang di Bali secara bebas membuat Jemalin ingin juga memeliharanya di Aceh.
"Awalnya liat tahun 2013 ke Bali pameran kopi ada pemeliharaan musang di luar bebas, kenapa gak buat di sini (Aceh). Dari situ lah kita buat. Dan kopi kita sudah diakui oleh Korea Jepang dan Jerman karena barangnya (kopi) sudah dikirim ke sana," jelas Jemalin.
Selain itu, penangkaran luwak Tiara Global Coffee ini juga sudah memenuhi standar dari WWF (World Wide Fund fo Nature).
"Dan juga sudah lolos dari WWF bahwa kita memenuhi standar dan tidak ada penyiksaan binatang," ujarnya.
Galeri Kopi Gayo
Beberapa waktu lalu, Tiara Global Coffee ini membuka Galeri Kopi Gayo sebagai ruang pamer dari produknya.
Di sana kamu bisa melihat berbagai jenis biji kopi hingga kopi yang sudah menjadi bubuk.
Sederet bingkai berisi sertifikat hingga peghargaan juga bisa kamu temukan di sana. (*)