Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Baru-baru ini, kondisi Rosti ibunda mendiang Brigadir J yang meninggal dunia dalam baku tembak di rumah Irjen Ferdy Sambo pun terkuak.
Rosti tentu syok mengetahui anak laki-lakinya mendadak dikabarkan meninggal dunia.
Dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com pada Kamis (14/7/2022), insiden baku tembak ini diduga terjadi lantaran Brigadir J hendak melakukan pelecehan terhadap istri Irjen Ferdy Sambo.
Kemudian, istri Irjen Ferdy Sambo pun berteriak hingga Bharada E yang berada di lantai dua langsung lari untuk mengeceknya.
Kedatangan Bharada E pun langsung disambut tembakan oleh Brigadir J dan akhirnya terjadi baku tembak.
Akibatnya, Brigadir J pun meninggal dunia dalam kejadian tersebut.
Sedangkan, Bharada E telah diamankan oleh pihak kepolisian.
Meninggalnya Brigadir J secara mendadak tentu menjadi pukulan berat bagi keluarga, terutama sang ibu, Rosti.
Dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Kamis (14/7/2022), kondisi ibunda mendiang Brigadir J pun akhirnya terkuak.
Rohani, bibi dari Brigadir J pun mengungkap bahwa Rosti terus menerus menangis.
Ia juga mengungkap jika kondisi kesehatan Rosti mulai melemah lantaran kurang istirahat.
"Kurang tidur. Banyak nangis juga. Kepikiran dan bersedih meninggal dunia anaknya. Jadi, wajar kesehatannya terganggu," ujarnya.
Rohani juga mengatakan bahwa Rosti terus menangis jika ada yang bercerita perihal Brigadir J.
Bahkan, saat mengantar Kapolda Jambi untuk berziarah, Rosti juga tak hentinya menangis di makam sang putra.
"Malam masih juga menangis. Tadi berziarah menangis. Kami cerita sedikit, nangis," kata Rohani.
Sedangkan, Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J mengungkap bahwa Kapolda Jambi langsung mengirimkan tim kesehatan untuk memeriksa kondisi orang tua mendiang.
"Tadi Kapolda melihat istri saya terlihat pucat. Maka mereka (Polda Jambi) kirim tim kesehatan. Kesehatan kami dicek dan dikasih vitamin. Tensi masih pas," jelasnya.
Dikutip Grid.ID dari Tribun-Video.com pada Kamis (14/7/2022), Samuel juga mengatakan bahwa sang istri sempat menangis sepanjang perjalanan dari Padang Sidempuan, Sumatera Barat hingga sampai di Jambi.
"20 jam di jalan, itu menangis terus sampai ke Jambi," ujarnya.
"Di Jambi menangis terus, kalau gak ada teman bicara, teringat anaknya, menangis lagi," jelasnya.
(*)