Bahkan, ia kerap menyembunyikan kesedihannya.
"Kalau kita lihat dia merenung sendirian, kita datang dan tanya, langsung dia pura-pura bersiul dan nyanyi-nyanyi, dia enggak mau nunjukin kesedihannya. Selalu berupaya membuat orangtua bahagia,"ujarnya.
Samuel yang merupakan pengurus gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat di desanya itu mengaku selalu mengajari nilai agama pada sang putra sejak kecil.
Hal itu terbukti dengan mendiang yang selalu siap untuk memimpin doa ketika diminta.
"Cuman ini, yang kalau disuruh pimpin doa enggak pernah nolak, dek pimpin doa, langsung lipat tangan dan pimpin doa," lanjutnya.
Samuel pun juga bangga lantaran sang putra berhasil menjadi seorang polisi.
Bahkan, ia mengenang saat Brigadir J harus bertugas ke Papua saat baru 3 bulan menjadi polisi.
Bukan uang, Samuel pun hanya membekali sang putra dengan sebuah Alkitab untuk dibawa ke Papua.
"Dia baru 3 bulan jadi Polisi, sudah diberangkatkan ke Papua, saya saat itu tidak bekali uang, tapi hanya Alkitab," jelasnya.
"Kalau bekerja andalkan Tuhan dan Alkitab," lanjut dia.
Mengenai profesi mendiang sebagai polisi, Samuel mengungkap bahwa hal itu sudah menjadi cita-cita Brigadir J sejak kecil.
"Saya harus beli seragam polisi waktu dia kecil. Dan kuasa Tuhan dia bisa jadi polisi," tuturnya.
(*)