Grid.ID – Meski mengandung adegan-adegan seram dan menegangkan yang memicu rasa takut penontonnya, film horor hampir tidak pernah sepi peminat. Sejumlah film horor pun ramai dibicarakan khalayak saat penayangan perdananya di bioskop, seperti The Conjuring dan Hereditary.
Bahkan, film The Exorcist yang dirilis pada 1973 menjadi salah satu film dengan jumlah penjualan tiket bioskop terbanyak di dunia sampai saat ini, yakni sekitar 110,6 juta tiket.
Terbaru, sebuah film horor asal Taiwan tengah ramai diperbincangkan di media sosial, Incantation. Film garapan sutradara Kevin Ko tersebut menceritakan tentang kutukan yang menimpa seorang perempuan karena telah melanggar tabu dari sebuah kepercayaan tradisional.
Incantation menyajikan adegan-adegan jumpscare dan penuh darah yang dapat membuat penonton bergidik ngeri. Meski begitu, film ini sukses bertengger di daftar Top 10 Netflix Indonesia selama seminggu terakhir.
Baca Juga: Diangkat dari Kisah Nyata, Caitlin Halderman Ceritakan Pengalaman Main Film Horor Ivanna
Ternyata, ada alasan psikologis di balik minat seseorang untuk menyaksikan adegan yang menimbulkan rasa takut, bahkan trauma, yang disuguhkan film horor. Padahal, seperti diketahui, kedua perasaan tersebut merupakan bentuk emosi negatif.
Dilansir dari Psychology Today, sensasi menonton film horor yang dirasakan oleh seseorang berkaitan dengan teori katarsis dari Sigmund Freud, pencetus aliran psikoanalisis dalam ilmu psikologi.
Sebagai informasi, katarsis merupakan pelepasan emosi yang menimbulkan perasaan lega. Biasanya, katarsis terjadi pada orang yang telah memendam atau menahan emosinya selama beberapa waktu.
Saat menonton film horor, seseorang membiarkan adegan-adegan menyeramkan atau mengerikan dalam film tersebut memengaruhi pikirannya sehingga menimbulkan emosi negatif, seperti takut, cemas, atau jijik.
Baca Juga: Hilang dalam Dekapan Semeru: Kumpulan Cerita Horor yang Diadaptasi dari Kanal Youtube RJL5
Ketika adegan menyeramkan berakhir, emosi negatif yang dirasakan selama menonton film pun berubah menjadi euforia. Perasaan lega tersebut didorong oleh kesadaran bahwa karakter atau situasi yang ada di dalam film sudah aman.
Sementara itu, jurnal berjudul “(Why) Do You Like Scary Movies? A Review of the Empirical Research on Psychological Responses to Horror Films” (2019) menyebutkan, kebanyakan orang sengaja menonton film horor untuk memacu adrenalin.