Sejak saat itulah, korban dikabarkan tak mau makan dan minum.
Saat di rumah, korban diakui lebih sering melamun dan menyendiri hampir sepekan lamanya.
"Saya awalnya tahu rekaman itu dari tetangga dan tidak langsung di anak saya. Sejak saat itu anak saya jadi depresi," jelas T saat dihubungi Kompas.com lewat Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto, Kamis (21/7/2022).
Berdasarkan fakta yang dibagikan orang tua korban, mereka tidak tahu siapa yang telah merundung anaknya hingga meninggal dunia.
Sebab, korban sampai akhir hayatnya tak mau buka suara.
Sementara itu, korban hanya mengaku sempat mendapat tindak kekerasan dari rekan-rekannya.
Usai kasus ini viral, keluarga para pelaku dikabarkan telah meminta maaf.
"Iya, bahkan keluarga para pelaku sempat datang dan meminta maaf ke saya," ujarnya.
Meski demikian, KPAID Kabupaten Tasikmalaya akan melaporkan kejadian perundungan ini ke Unit Perlindungan Perempuan Anak (PPA) Satreskrim Polres Tasikmalaya.
Tak hanya mendampingi keluarga korban untuk pemulihan psikis.
Namun, KPAID akan mendampingi para pelaku karena usianya masih anak-anak.
"Kami sedang melakukan pendampingan pemulihan psikis kepada keluarga korban."
"Kami juga sedang berkoordinasi dengan keluarga pelaku untuk pendampingan dalam kasus ini," jelasnya.
(*)