Sebab, banyak daerah yang dia datangi begitu terpencil dan tidak tersentuh pembangunan, tak ada jalan, apalagi memiliki alamat.
Tapi janji tetap janji.
Akhirnya pada 2005 Andre kembali ke Sumba dan berkeliling pulau lagi buat menyerahkan foto-foto yang ia rasa sebagai utangnya.
Ternyata ia begitu terkesan pada alam, masyarakat, dan kebudayaan Sumba yang tetap mereka pegang.
Di sisi lain perasaan ibanya muncul karena alam yang tidak mendukung menyebabkan rakyat menderita.
Ia terpanggil untuk berbuat sesuatu.
Andre Graff terkesan akan keramahan masyarakat Sumba.
Mereka tak pernah kehilangan senyum walau hidup menderita di tanah gersang.
Ia membandingkan mereka dengan masyarakat di perkotaan atau di negara-negara semaju Eropa.
Masyarakatnya sibuk, sebagian besar tak punya waktu, bahkan tak punya senyum.