"Di Sumba saya menemukan orang-orang yang punya banyak waktu dan punya senyum. Saya hidup bersama mereka, menurut cara mereka, benar-benar menggantungkan nasib pada alam," kata pria lajang 56 tahun ini.
Ia lantas terpanggil untuk mengabdi.
Sadar bahwa hal paling mendasar dari penderitaan hidup masyarakat Sumba adalah kurangnya air, ia pun mulai berikhtiar mencari sumber air.
Begitu ketemu, ia meminta bantuan orang-orang ramah untuk menggali dengan peralatan seadanya.
Tidak langsung berhasil, ia harus berkali-kali merasakan kegagalan.
Tapi begitu sumber air ketemu dan air memancar, kebahagiaan bagai tak terperi.
Maka Andre pun melanjutkan kiprahnya dengan menggali dan terus menggali sumur di seantero Pulau Sumba.
Sumur dalam bentuk yang sederhana memerlukan biaya sekitar Rp10 juta.
Mula-mula biaya keluar dari kantong Andre sendiri, dari tabungan dan hasil persewaan rumahnya di Prancis.
Tapi lama-lama, sumur harus makin besar dan harus dipompa dengan mesin dan ditampung.
Biayanya bisa puluhan, bahkan ratusan juta.