Find Us On Social Media :

'Kalau Saya Mati Jangan Bawa Mayat Saya Pulang', Kisah Bule Perancis Nekat Jadi Penggali Sumur di Sumba Demi Tujuan Mulia, Punya Wasiat yang Tak Biasa

By None, Senin, 1 Agustus 2022 | 15:05 WIB

Andre Graff, pria Prancis yang dedikasikan hidupnya menggali sumur di Sumba

Grid.ID - Pria asal Perancis ini punya kisah hidup yang menginspirasi karena lakukan hal besar untuk warga Sumba.

Padahal awalnya pria bernama Andre Graff ini datang ke Sumba sebagai turis.

Namun siapa sangka, pilihannya berkunjung ke Sumba justru mengubah hidupnya serta hidup warga lokal di sana.

Saking cintanya pada tanah Sumba, Andre memiliki wasiat untuk dimakamkan di Indonesia.

Andre Graff datang ke Sumba sekadar mampir karena ia ikut kapal pesiar dari Bali.

Kemudian, pada 2004 ia kembali dan menghabiskan waktu lebih lama di Sumba.

Ia berjalan menyusuri pulau yang sebagian tanahnya tandus itu, menemui orang dan mengambil foto.

Ketika pulang ke Prancis dan kembali ke rutinitasnya sebagai penerbang balon udara panas (hot air balloon) dan punya usaha wisata, Andre pun mencetak foto-foto hasil perjalanannya ke Sumba.

Ribuan foto dia punya, sebagian besar berisi wajah penduduk lokal.

Baca Juga: Di Depan Bule Afrika Tak Diakui Sebagai Istri, Irwan Mussry Perkenalkan Maia Estianty dengan Julukan ini, Reaksi Ibu Al Ghazali Disorot

Ia memang berjanji sepulang ke negerinya akan mencetak foto-foto itu dan mengirimkan kepada para "model" fotonya.

Tapi ia sadar, foto-foto itu tak akan sampai ke alamat kalau dikirim melalui pos.

Sebab, banyak daerah yang dia datangi begitu terpencil dan tidak tersentuh pembangunan, tak ada jalan, apalagi memiliki alamat.

Tapi janji tetap janji.

Akhirnya pada 2005 Andre kembali ke Sumba dan berkeliling pulau lagi buat menyerahkan foto-foto yang ia rasa sebagai utangnya.

Ternyata ia begitu terkesan pada alam, masyarakat, dan kebudayaan Sumba yang tetap mereka pegang.

Di sisi lain perasaan ibanya muncul karena alam yang tidak mendukung menyebabkan rakyat menderita.

Ia terpanggil untuk berbuat sesuatu.

Andre Graff terkesan akan keramahan masyarakat Sumba.

Baca Juga: Diputusin Pacar Sampai Dihina Dekil, Mantan TKW ini Justru Bahagia Dinikahi Bule Tampan, Penampilannya Sekarang Glowing Bikin Pangling

Mereka tak pernah kehilangan senyum walau hidup menderita di tanah gersang.

Ia membandingkan mereka dengan masyarakat di perkotaan atau di negara-negara semaju Eropa.

Masyarakatnya sibuk, sebagian besar tak punya waktu, bahkan tak punya senyum.

"Di Sumba saya menemukan orang-orang yang punya banyak waktu dan punya senyum. Saya hidup bersama mereka, menurut cara mereka, benar-benar menggantungkan nasib pada alam," kata pria lajang 56 tahun ini.

Ia lantas terpanggil untuk mengabdi.

Sadar bahwa hal paling mendasar dari penderitaan hidup masyarakat Sumba adalah kurangnya air, ia pun mulai berikhtiar mencari sumber air.

Begitu ketemu, ia meminta bantuan orang-orang ramah untuk menggali dengan peralatan seadanya.

Tidak langsung berhasil, ia harus berkali-kali merasakan kegagalan.

Tapi begitu sumber air ketemu dan air memancar, kebahagiaan bagai tak terperi.

Baca Juga: Selama Ini Nyaris Tak Diketahui Publik, Inilah Sosok Bule Ganteng Mantan Suami Titi DJ Sekaligus Bapak Kandung Stephanie Poetri, Begini Nasibnya Usai 16 Tahun Berlalu

Maka Andre pun melanjutkan kiprahnya dengan menggali dan terus menggali sumur di seantero Pulau Sumba.

Sumur dalam bentuk yang sederhana memerlukan biaya sekitar Rp10 juta.

Mula-mula biaya keluar dari kantong Andre sendiri, dari tabungan dan hasil persewaan rumahnya di Prancis.

Tapi lama-lama, sumur harus makin besar dan harus dipompa dengan mesin dan ditampung.

Biayanya bisa puluhan, bahkan ratusan juta.

Malah untuk jenis yang bagus, dengan pompa berkualitas buatan Jerman yang digerakkan dengan tenaga Matahari, membangun rumah beratap untuk menyimpan bak penampungan, dan jalur distribusi melalui pipa-pipanya, biayanya bisa mencapai Rp700 juta.

Andre pun mengontak dan mendatangi para donatur, juga meminta bantuan peralatan dari perusahaan jasa air minum di Jakarta.

"Sampai sekarang sudah terbangun 29 sumur di seuruh Sumba," kata Andre.

Berkali-kali Nyaris Mati

Baca Juga: Dulu Merana Dikatain Dekil sampai Diselingkuhi dan Ditinggal Nikah, Nasib Mantan TKW Ini Berubah Mujur Dipersunting Bule Ganteng, Penampilannya Kini Makin Glowing

Menetap di Sumba dalam pola dan cara hidup seperti orang setempat makin membuat Andre Graff seperti orang sana.

"Yang membedakan adalah saya punya kamera foto dan video, punya laptop untuk mengakses internet kalau sinyal lagi bagus. Selebihnya, saya makan dan hidup seperti orang sini," kata Andre dari rumah biiknya di Waru Wora, Lamboya, Sumba.

Ia makan dari hasil bumi setempat, bahkan rokok pun dari tembakau yang dia tanam sendiri dan dilinting pakai kulit jagung kering.

Ia begitu total hidup secara orang Sumba, bahkan mengalami sakit seperti orang setempat.

Malaria hingga demam berdarah berkali-kali.

Bahkan ia pernah dirawat di sebuah rumah sakit di Bali, namun keluar sebelum dinyatakan sembuh karena berpikir, "Wah, dengan biaya segitu, saya bisa bikin satu sumur," katanya.

Tapi Oktober lalu Andre mulai berpikir tentang asuransi.

Ia pulang ke negaranya, selain untuk mencari donasi bagi proyeknya membangun sumur-sumur air di Sumba, juga untuk mengurus asuransi.

"Supaya kalau saya sakit tidak terlalu terbebani biaya."

Baca Juga: Pantas Direstui Jalin Asmara dengan Ariel NOAH, Intip Cantiknya BCL saat Pamer Rambut Pirang ala Bule, Netizen Auto Pangling hingga Sebut Mirip Mariah Carey

Ia menegaskan, semata-mata agar tidak terlalu terbebani biaya, bukan soal takut mati.

"Waktu masih jadi penerbang hot air balloon saya sering terkena angin gunting sampai hampir celaka, Apalagi dalam cuaca buruk, malam hari pula. Banyak teman saya yang sudah mati."

Ingin Mati di Sumba

Meski telah membangun 29 sumur di seantero P. Sumba, Andre Graff belum merasa berhasil.

"Saya sekadar mengantarkan masyarakat menuju ke peradaban yang lebih baik. Tugas merekalah untuk terus menjaga kelangsungan sumur-sumur itu agar terus bisa memancarkan air," katanya dalam bahasa Indonesia diselingi bahasa Inggris dengan aksen Prancis.

Meski hampir delapan tahun bekerja tanpa pamrih, belum semua warga Sumba tersadarkan akan pentingnya karya Andre.

Ia kadang masih dianggap bule yang sekadar ingin mengeksploatasi alam dan mencari keuntungan, kadang dimintai uang, kadang pula dicurangi misalnya dalam soal sewa kendaraan untuk mengangkut peralatan pembangunan sumur.

"Ya, masih ada orang-orang yang belum sadar, malah menggali kuburnya sendiri. Air bersih kan untuk mereka sendiri? Untuk masa depan anak-anak mereka?" sambung pria 56 tahun kelahiran Prancis ini.

Tapi itu semua tak mengurangi kecintaannya kepada Sumba.

Baca Juga: Aura Kemolekan Putrinya Bikin CEO Bule Tajir Bertekuk Lutut, Tengok Sosok Almarhum Ayah Maudy Koesnaedi yang Jarang Tersorot, Wajahnya Kelewat Rupawan!

Andre telah menganggap kawasan yang sebagian masyarakatnya masih hidup dalam tradisi Marapu, kepercaraan warisan nenek moyang, itu sebagai tanah air keduanya.

"Saya sudah minta ke Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, nanti kalau saya mati, jangan bawa mayat saya pulang. Mayat saya tidak ada gunanya. Saya ingin dikubur di Sumba, karena yang penting adalah apa yang sudah saya perbuat untuk Sumba.

Wah, kisah bule Prancis yang banyak berkontribusi pada Sumba ini patut diapresiasi, ya!

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Andre Graff, Bule Penggali Sumur yang Berkali-kali Nyaris Mati Demi Buat Sumber Air di Tanah Sumba yang Tandus.

(*)