4. Warga hanya mengingatkan
Menurut salah satu tokoh masyarakat yang juga pengajar pesantren di Mlangi, Yogyakarta, Muhammad Mustafid, sebelum masuk Mlangi lewat utara, peserta sudah dingatkan oleh warga agar para perempuan yang bercelana pendek ketat tidak lewat Mlangi.
Sebagian peserta kemudian mengambil rute lain, tetapi sebagian lagi nekat tetap lewat Mlangi.
Ketika lewat Mlangi, ada seorang tua yang mengingatkan baik-baik, tetapi tidak digubris.
Kebetulan orang tua yang sepuh ini memakai motor ke arah yang sama dengan pelari sampai memasuki wilayah Sawahan.
"Di sini dingatkan lagi sampai turun dari motor. Ketika lewat daerah Mlangi tidak terjadi apa-apa. Ketika diingatkan kedua kalinya oleh orang tua tadi, malah semacam nantang-nantang dengan tidak sopan".
Baca juga : Lee Jeong Hoon Bakal Didik Anak Dengan Budaya Indonesia Daripada Korea
"Beberapa anak muda yang ada tidak jauh dari lokasi mendatangi TKP (tempat kejadian perkara) akhirnya emosi karena dari jauh terlihat seperti membentak-bentak. Terjadilah ketegangan, debat, tarik baju dan desak-desakan," ujar Mustafid.
5. Pelari korban persekusi tidak mencapai garis finishKarena mendapatkan persekusi berupa tekanan dari warga, wanita peserta lari memutuskan untuk tidak mencapai garis finish."Panitia menghubungi pelari dan menyampaikan permintaan maaf. Mereka juga memutuskan ambil jalan lain, tidak masuk ke kampus (finis) agar tidak menambah masalah, dan mereka meminta maaf ke panitia telah menyebabkan insiden, jadi dengan pelari kita sudah clear," ucap Ruhiyana.
Baca juga : Menyusuri Jalur Rail Trail Central Otago, Jalur Favorit Bersepeda di Selandia Baru