Laporan Wartawan Grid.ID, Dianita Anggraeni
Grid.ID - Cucu dari pelawak Senior Rini S Bon Bon saat ini sedang dalam perawatan intensif di ruang PICU RSIA Bunda, Menteng, Jakarta Pusat.
Sebenernya itu bukanlah cucu kandungnya, namun karena bapak dari anak tersebut sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Rini sejak kecil sehingga sudah dianggapnya sebagai anak dan juga cucu.
Anak tersebut bernama Bena Shalihah Hartono. Ia lahir pada tanggal 7 Oktober 2017 dan saat ini umurnya genap 7 bulan.
(Baca Juga Saling Serang dengan Anak Opick di Instagram, Yulia Mochamad Dikecam Netizen)
Sejak lahir Bena tidak pernah sakit. Bena adalah anak yang ceria, tidak cengeng dan sehat.
Sampai diusia 5 bulan lebih dia terkena Bcg Limfadenitis.
Dikutip dari website Atmajaya, Limfadenitis BCG adalah pembesaran kelenjar getah bening regional ipsilateral setelah imunisasi BCG yang merupakan kejadian ikutan pascaimunisasi ringan dengan insiden berkisar antara 1-2 per 1.000 vaksinasi.
(Baca Juga Seorang Teman Sengaja Mendorong Lucinta Luna yang Tengah Hamil, Duh Keguguran Nggak Ya?)
Benjolan Limfadenitis BCG itu sudah pecah lalu diobati dan sudah dalam proses pengeringan luka.
"Jadi awalnya anak saya itu suntik BCG 1 bulan mungkin reaksi anak terhadap suntik tersebut beda-beda, nah di Bena itu menimbulkan benjolan,” jelas Siti Julaeha sang Ibu dari Bena kepada Grid.ID saat ditemui di RSIA Bunda Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/5/2018).
"Bena itu dalam penanganan pengobatan dan udah sembuh, udah pecah tinggal nunggu kering aja udah minum obat juga.”
“Tapi setelah kena benjolan itu kondisinya agak drop jadi dia sakit, karena kan benjolan gede gitu jadi udah susah makan minum dan sedikit rewel dan daya tahan tubuhnya tuh jadi menurun gitu.”
(Baca Juga Luna Mengaku Bagian Tubuhnya Ini Semakin Membesar karena Hamil, Bahkan Sampai Merembes!)
Namun setelah kejadian itu, kesehatan Bena pun rupanya menurun.
Sudah hampir dua bulan Bena mengalami batuk yang parah.
"Sudah dua bulan ini Bena juga mengalami batuk yang awalnya timbul hilang lalu lama kelamaan semakin intens dan tidak sembuh meski kami sudah membawa Bena berobat ke beberapa dokter spesialis anak."
"Salah satu dokter mengatakan Bena terkena bronkitis akut dan Bena diberi obat untuk mengobatinya namun setelah mengkonsumsi obat beberapa hari belum ada perbaikan," tutur Siti Julaeha.
(Baca Juga Sebelum Dibunuh, Wanita Ini Menulis Sebuah Surat Pesan Cinta Kepada Suaminya, Isinya Mengharukan)
Sampai akhirnya pada tanggal 1 Mei 2018 kemarin, Bena mengalami demam tinggi yang panasnya mencapai 39° celcius dan sesak napas sehingga mengharuskan Bena dibawa ke emergency untuk dipasangkan oksigen.
"Sesampai di emergency Bena dipasangkan oksigen dan langsung dilakukan serangkaian test laboratorium dan rontgen."
"Oksigen yang dipakai di ruang emergency ternyata belum cukup untuk membantu kebutuhan oksigen Bena sehingga Bena diharuskan dirawat dalam ruang PICU dengan alat bantu pernafasan yang lebih tinggi agar pernapasan Bena bisa lebih stabil yaitu HFN," kata Siti Julaeha.
(Baca Juga Demi Anak, Abdee Slank dan Istri Berusaha Menjalin Komunikasi)
Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa Bena menderita pneumonia dan atelektasis.
Salah satu bagian parunya kolaps sehingga tidak efektif untuk mensuplai oksigen ke dalam tubuh. Hal ini yang menyebabkan Bena kesulitan bernapas.
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru.
Namun setelah pemasangan HFN di hari kedua, kondisi pernapasan Bena drop sehingga dipasang alat bantu pernapasan, ventilator.
"Nggak bisa pake oksigen biasa dan sampe akhrinya menggunakan vetilantor HFO itu yang tertinggi ya untuk ngatur pernapasan," tuturnya.
(Baca Juga Setelah Puluhan Tahun, Indro Ungkap Konflik Besar yang Pernah Terjadi dalam Warkop DKI)
Infeksi paru-paru yang dialami Bena membuatnya belum bisa lepas dari ventilator HFO.
Baik Rini maupun Siti Julaeha pun tak menyangka Bena bisa terkena penyakit seserius tersebut.
"Kami tidak menyangka bahwa sakit yang dialami anak kami sangatlah berat dan serius. Anak yang ceria itu kini harus berjuang melawan pneumonia."
"Sebenernya penyebab utamanya adalah salah satunya rokok ya lingkungan atau udara ya mungkin. Tapi kita nggak nyangka dia batuknya parah."
"Kita obatin, kita tanya dokter spesialis anak tapi pas diperiksa segala macemnya oksigen turun, ya nggak nyangka ya," pungkas Siti Julaeha.(*)