Grid.ID - Perkotaan diperkirakan akan jadi tempat tinggal kebanyakan masyarakat Indonesia.
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) memperkirakan pada 2045 mendatang, penduduk nasional akan mencapai 318 juta jiwa.
Sekitar 67,1% di antaranya akan tinggal di kawasan perkotaan di Indonesia.
Dengan makin banyaknya masyarakat yang hidup diperkotaan, maka dipastikan banyaknya permasalahan yang akan muncul.
Diantaranya seperti kemacetan, polusi, penurunan kualitas hidupwarganya dan lain-lain.
Menghadapai kenyataan di masa mendatang yang bisa seperti itu, pemerintah kemudian menggulirkan Gerakan Menuju Smart City.
(BACA JUGA : Tujuh Cara Rapikan Rumah Tanpa Capek, Nggak Ada Salahnya Mencoba!)
Program ini diinisiasi Kementrian Komunikasi dan Informatika yang didukung Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Keuangan, kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementrian Pendayaan Aparatur Negara, Bappenas, serta Kantor Staf Kepresidenan.
Gerakan Menuju 100 Smart City, saat ini masuk tahap kedua.
Sebanyak 50 walikota dan bupati dari berbagai daerah di Indonesia, melakukan penandatanganan nota kesepahaman mengikuti Gerakan Menuju 100 Smart City (8/5/2018).
Hasil akhir dari Gerakan Menuju 100 Smart city ini, bentuknya master plan yang memuat rencana pembangunan smart city masing-masing kota/kabupaten dalam 5-10 tahun mendatang.
Menteri Komunikasi dan Informatika mengungkapkan bahwa Gerakan Menuju Smart City bukan semata-mata belanja teknologi.
"Kita harus mendefinisikandulu manfaat apa yang ingin diberikankepada masyarakat, baru kemudian mencari teknologi yang relevan," tegas Rudiantara.