"Jadi buat teman-teman yang lahir 1980 ke bawah kayak saya ini, tua-tua itu terproteksi," kata Budi yang dikutip Grid.ID dari Kompas.com, Selasa (23/8/2022).
Baca Juga: Waspada Flu Tomat yang Mengancam Banyak Anak di India, Gejalanya Ternyata Mirip Covid-19!
"Mungkin enggak 100 persen, tapi terproteksi," ucapnya.
Melansir dari Tribunnews.com, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, vaksinasi tersebut yang kemudian menyebabkan tingkat penyebaran virus monkeypox di Asia lebih rendah dibanding Eropa.
"Mungkin itu menyebabkan kenapa kita melihat di Asia lebih rendah dibandingkan di Eropa kasus cacar monyetnya," kata Budi yang dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com, Selasa (23/8/2022).
"Karena di Asia dulu kita kena pandemi lebih lama bahkan dibandingkan dengan di Eropa lebih cepat hilangnya," jelasnya.
Ia melanjutkan, proses vaksinasi di Eropa yang tidak dilakukan secara menyeluruh ini berbeda dengan di Asia yang berjalan lama.
Sehingga proses vaksinasi di Asia dilakukan secara menyeluruh.
"Di Eropa lebih cepat hilang maka vaksinasinya lebih cepat berhentinya," kata Budi.
"Karena lebih cepat berhenti ya banyak orang-orang Eropa yang enggak punya imunitas terhadap virus ini," ucapnya.
Budi pun mengimbau masyarakat agar tidak terlalu panik dengan adanya kasus cacar monyet yang sudah terdeteksi di Indonesia.
Terlebih, virus cacar monyet ini lebih mudah terdeteksi dibanding Covid-19.
Baca Juga: Gawat! 1 Kasus Cacar Monyet Telah Terdeteksi di Indonesia, Seberapa Bahayanya Penyakit Infeksi Ini?
(*)