Laporan Wartawan Grid.ID, Mentari Aprellia
Grid.ID - Kasus penembakan Brigadir J yang dilakukan atasannya sendiri saat ini masih terus jadi sorotan masyarakat.
Ferdy Sambo yang merupakan dalang penembakan Novriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J pun kini sudah menjadi tersangka.
Bahkan pada Kamis (25/8/2022) lalu digelar sidang kode etik di gedung TNCC Polri untuk mengadili suami Putri Candrawathi.
Hasilnya, Ferdy Sambo dipecat secara tak hormat dari institusi Polri.
Tak terima, kini Ferdy mengajukan banding atas putusan tersebut.
Namun, sebelum resmi dijatuhi hukuman pemecatan secara tak hormat, ternyata sempat beredar surat permintaan maaf Ferdy Sambo kepada senior dan rekannya.
Dikutip dari akun Instagram @lambe_turah pada Senin (29/8/2022), dalam surat tersebut tertera keterangan tanggal 22 Agustus 2022.
Mengenai perihalnya, ia menuliskan secara gamblang bahwa surat tersebut dimaksudkan untuk meminta maaf pada senior dan rekannya.
"Permohonan maaf kepada senior dan rekan perwira tinggi, perwira menengah, perwira pertama, dan rekan bintara Polri."
Dalam paragraf pembuka, ia menyatakan rasa sesalnya atas dampak yang diterima para perwira gegara kasus pembunuhan yang dilakukannya.
Ia juga menyatakan kesediaannya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan menerima hukuman atas tindakannya yang telah menghilangkan nyawa Brigadir J.
Baca Juga: Mengejutkan! Hotman Paris Sebut Ferdy Sambo Bisa Terbebas dari Hukuman Mati karena Hal Ini
Kemudian di akhir surat, ia membubuhkan tanda tangannya di atas materai Rp 10 ribu.
Atas beredarnya surat tersebut, Tessa Sugito yang merupakan seorang grafolog atau ahli membaca tulisan tangan pun mencoba menguak karakter asli Ferdy Sambo.
Menurutnya, dilihat dari surat permintaan maaf tersebut, Ferdy Sambo adalah orang yang cerdas.
"Kalau melihat dari tulisan Beliau banyak juga yang positif sebenarnya. Jadi kita mulai dari yang positif dulu ya."
"Dari tulisan ini kita bisa menganalisis bahwa penulisnya adalah orang yang memiliki determinasi yang tinggi, juga punya kepercayaan diri yang tinggi, dan juga cerdas," ujar Tessa seperti dilansir dari TribunStyle.com, Senin (29/8/2022).
Tessa menyebut, kecerdasan seorang Ferdy Sambo bisa dilihat dari huruf M dan N yang terlihat tajam.
"Kecerdasan itu kita bisa melihat dari bentuk huruf M atau N dari penulisnya, bahwa tulisan beliau ini huruf M atau N nya bisa dibilang tajam-tajam," ungkap Tessa.
Oleh sebab itu, tak heran jika sebelum tersandung kasus pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo memiliki karier yang bagus.
"Pola pikir yang cerdas juga bisa terlihat dalam guratan tulisannya yang tegas."
"Jadi memang tidak heran kalau sebelum kasus ini beliau memiliki karier yang cemerlang," ujar Tessa.
Hanya saja, dilihat dari huruf E yang cenderung sempit, Ferdy Sambo ternyata merupakan pribadi yang kurang bisa mendengarkan pendapat orang lain.
"Jadi tidak terlihat ada look-nya. Itu biasanya penulis yang seperti ini, punya kecenderungan untuk tidak bisa mendengarkan masukan atau saran dari orang lain."
"Cuma mungkin kita bisa memaklumi, karena pola pikir beliau yang cerdas itu kan jadi ya mungkin, dia merasa sudah tahu nih caranya seperti ini," kata Tessa.
Yang lebih mengejutkan, lewat tulisan tersebut dapat diketahui bahwa Ferdy Sambo memang pribadi yang sensitif dan mudah tersinggung.
"Ia juga sensitif. Yakni sensitif terhadap kritik, dan sensitif terhadap saran. Ia memang kecenderungan sulit menerima saran dari orang lain."
Bahkan, atasan Bharada E ini juga cenderung melakukan kekerasan sebagai akibat dari sifatnya yang temperamental.
"Hal itu terlihat dengan tekanan atau penebalan di tulisan huruf yang ada tangkainya, bisa di huruf T atau bisa di huruf P."
"Ini kalau dilihat ya, bentuk huruf itu seperti pentungan."
"Dalam grafologi indikasi seperti ini bisa mengarah bahwa penulisnya memang memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan fisik, atau kekejaman juga bisa dihasilkan seperti itu," beber Tessa.
(*)