Find Us On Social Media :

Legenda Godogan Kungkum Kodok, Pertunjukan Tari dan Gamelan oleh Seniman Prancis Alex Grillo

By Grid, Senin, 29 Agustus 2022 | 14:53 WIB

Legenda Godogan Kungkum Kodok, Alex meminta kepada penulis Elizabeth Inandiak untuk menulis opera libretto berdasarkan legenda Bali, Pangeran dan Katak.

Grid.ID - Pada bulan Agustus 2022, komposer dan pemain perkusi Alex Grillo kembali ke Indonesia untuk membuat sebuah karya pertunjukan Prancis-Indonesia baru dengan mitra seniman historisnya, para musisi dan penari Komunitas Gayam16.

Alex meminta kepada penulis Elizabeth Inandiak untuk menulis opera libretto berdasarkan legenda Bali, Pangeran dan Katak.

Penulis ini khususnya dikenal dengan karyanya Lagu-lagu pulau untuk tidur tegak, adaptasi bebas dari Serat Centhini.

Pertunjukan ini akan tayang perdana pada 20 Agustus 2022 pukul 19:00 di Pendapa Agung Ndalem Mangkubumen sebagai bagian dari Festival Internasional Gamelan Yogyakarta 2022 yang juga edisi ke-27 dan kemudian disajikan dalam tur di Solo (UNS - 22 Agustus), Surabaya (Universitas Ciputra - 24 Agustus) dan Jakarta (Bentara Budaya Jakarta - 27 Agustus), atas prakarsa Institut Français Indonesia.

Ini adalah bentuk opera kecil untuk gamelan, instrumen elektronik, dua penari dan 5 musisi yang salah satunya mengomposisi musik secara real time.

Karya ini menggabungkan dua budaya artistik Perancis dan Indonesia melalui bagian-bagian yang ditarikan, gamelan spasial (interaksi ruang), dan interaksi elektronik real-time dengan Christian Sebille.

Narasinya bi-lingual, dalam bahasa Prancis dan Indonesia, sebagian dinyanyikan dan sebagian dinarasikan, seperti halnya tradisi dramaturgi Jawa.

Pada 18 Agustus, Christian Sebille, direktur GMEM (Pusat Nasional untuk Penciptaan Musik di Marseille, Prancis), menawarkan pertemuan tatap muka mengupas musik elektronik real time di IFI – LIP, Yogyakarta pukul 2 siang. Terbuka untuk umum.

Siapakah Godogan versi abad 21 ini?

Godogan adalah seorang ilmuwan, ahli bioakustik yang mempelajari nyanyian katak.

Baca Juga: Bentara Budaya dan Kebun Raya Bedugul Gelar Workshop Melukis di Atas Daun Kering

Dia menyadari kepekaan batrachian terhadap gangguan lingkungan: dia menyaksikan hilangnya katak emas Monteverde pada tahun 1990, spesies yang secara resmi dinyatakan punah pada tahun 2001.