Grid.ID - Ratu Elizabeth II yang meninggal dunia di usia 96 tahun membawa takhtanya sampai mati.
Selama 70 tahun, Ratu Elizabeth II menduduki takhta Kerajaan Inggris.
Hal ini membuat Ratu Elizabeth II dinobatkan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sepanjang sejarah Kerajaan Inggris.
Tentu keputusan sang Ratu untuk tidak menurunkan takhtanya menjadi pertanyaan publik.
Hingga nafas terakhir, sang Ratu rupanya enggan menyerahkan kekuasaannya kepada sang putra sulung, Pangeran Charles.
Lalu apa alasan Ratu Elizabeth II tak menyerahkan tahtanya pada sang anak?
Berikut penjelasannya dilansir dari RD.com.
1. Ratu Elizabeth II berjanji akan memerintah seumur hidup
Pada hari ulang tahunnya yang ke-21 tahun, Ratu Elizabeth II berjanji pada Inggris bahwa dia akan menjadi Ratu mereka seumur hidupnya.
"Saya menyatakan kepada Anda semua bahwa seluruh hidup saya apakah itu panjang atau pendek akan dikhususkan untuk melayani Anda dan keluarga kekaisaran," katanya.
Janji itu akhirnya berhasil ditepati.
Ratu Elizabeth menjabat sebagai pemimpin Kerajaan Inggris selama 70 tahun sebelum akhirnya tutup usia pada Kamis (8/9/2022).
2. Dia merasa ini adalah tugasnya untuk memerintah
Sarah Bradford, penulis buku Queen Elizabeth II: Kehidupannya di Masa Kita, mengkonfirmasi bahwa Ratu merasa bahwa memerintah adalah misi dan tugas hidupnya.
"Dia bahkan tidak pernah memimirkan untuk mengundurkan diri," kata Bradford kepada The Week.
3. Orang-orang tidak ingin dia turun tahta
Dahulu kala, orang-orang mungkin mendukung pengunduran diri Ratu. Itu karena mereka menyukai kisah cinta Pangeran Charles dan Putri Diana.
Namun setelah isu perselingkuhan, warga marah kata The Week.
“Tidak sampai akhir 1990-an, reputasi Pangeran mulai menurun ke titik terendahnya.”
Survei terbaru menunjukkan bahwa 70 persen dari Kerajaan Inggris akan lebih memilih Ratu tetap berkuasa selama dia hidup.
4. Masalah Pangeran Charles dan Camilla
Warga Inggris memiliki keraguan tentang kemampuan Pangeran Charles untuk mempertahankan kenetralan kerajaan yang diperlukan pada isu-isu politik tertentu.
Jadi, mereka lebih suka tahta jatuh ke Pangeran William.
Selain itu, jika Ratu akan turun tahta karena usianya, Pangeran Wales juga sudah berusia 70-an.
Dan menurut pendapat beberapa orang dalam istana, termasuk Paul Burrell, mantan kepala pelayan Putri Diana, publik menganggap Pangeran Charles terlalu tua untuk mengambil peran sebagai Raja.
Tambahan lagi, jika Pangeran Charles naik tahta, otomatis, Camilla Parker Bowles akan menjadi Ratu.
Sebab, secara tradisional, pasangan Raja disebut sebagai "Ratu”.
Namun, publik tidak pernah mendukung Camilla menjadi Ratu Inggris.
Setelah kematian Ratu Elizabeth II, Pangeran Charles kini ditunjuk sebagai Raja Inggris menggantikan sang ibu.
Charles (73) menjadi pewaris takhta dengan jarak penantian terlama selama sejarah monarki Inggris.
Namun begitu, salah seorang mantan ajudan mengatakan bahwa Charles tidak akan berbicara di depan umum mengenai takhta baru yang kini diemban.
Karena kepergian seorang ibu tentu merupakan kesedihan besar yang dirasakan oleh setiap anak tak terkecuali Charles.
“Dia tidak pernah ingin memikirkan aksesi karena itu berarti kematian ibunya,” kata seorang mantan ajudan, dikutip dari Guardian.
Sementara itu Camilla mendapatkan gelar baru sebagai Queen Consort.
Queen Consort atau Ratu Permaisuri adalah pasangan wanita, pasangan atau pendamping raja, meski demikian gelar ini berbeda dengan Queen.
Consort bukanlah peran formal, namun merupakan simbol dan dukungan yang diberikan kepada Raja.
Hal ini berbeda dengan Queen yang merupakan penguasa dengan haknya sendiri.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul “66 Tahun Pimpin Inggris, Ini 4 Alasan Mengapa Ratu Elizabeth II Belum Mau Melepaskan Takhtanya”
(*)