Ajun pun tak mau terburu-buru karena ingin mendapatkan kandidat anak yang cocok dengannya.
Selain untuk rasa tanggung jawab, keputusan Ajun mengadopsi anak juga didasari oleh kekhawatirannya hidup sebatang kara di masa tua.
"Nggak segamopang balikin telapak tangan, nggak instan, harus pelan-pelan dan klik dulu sama anaknya, harus cocok."
"Karena mikir juga misalnya udah tua, siapa nih yang mau ngerawat nih gitu."
"Tiba-tiba kepikiran kaya gitu, jadi langsung searching dulu, browsing mau cari adopsi dulu," ujar Ajun.
Beda dengan Jennifer yang sudah dikarunia 4 anak, wanita 52 tahun itu mengaku sudah tidak kepingin mengadopsi anak, namun ia berlapang dada mengikuti keinginan sang suami.
"Kalau dari aku, aku bilang 'aku udah punya 4, apapun aku terima."
"Kalau ditanya sih gue udah capek ya kalau yang kaya gitu-gituan."
"Jadi Ajun harus menunjukkan kalau punya tanggung jawab yang besar," tegas Jennifer.
Setelah gagal dengan program bayi tabung, Jennifer dan Ajun masih ingin berusaha dengan cara mengunjungi dokter yang ebrbeda.
Keduanya masih mencoba untuk berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan buah dan jika masih gagal, maka adopsi adalah jalan terakhir.
"Sudah pernah (bayi tabung) tapi nggak berhasil waktu itu."
"Kita lagi mau nyoba dokter yang ada di Surabaya, karena masa menopause belum, jadi masih pra menopause, katanya masih ada kesempatan, masih dikasih kesempatan."
"Usaha tetep, kalau gue masih terus usaha, kalau Ajun gue bilang 'lo harus usaha juga dong'," ucap Jennifer.
(*)