Laporan Wartawan Grid.ID, Ulfa Lutfia
Grid.ID - Judika ikut berduka atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Sebagai pecinta sepakbola, Judika merasa sedih terutama bagi keluarga korban tragedi Stadion Kanjurihan yang ditinggalkan.
Menurut Judika, kondisi keluarga korban saat ini harus menjadi prioritas yang perlu diperhatikan.
"Kita turut berduka cita yang pertama untuk keluarga, kita fokus ke sana dulu. Prioritasnya adalah menangani semua keluarga korban, sampai bener-bener beres," ujar Judika saat ditemui Grid.ID saat ditemui di kawaaan Senayan, Jakarta, Senin (3/10/2022).
Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuhuran bagi Judika menjadi pelajaran untuk instrospeksi diri.
"Regulasinya, harus dievaluasi semualah," papar Judika.
"Kalau menghakimi siapa yang salah pasti jadi berantakan, gitu," sambung suami Duma Riris itu.
Penyanyi asal Sumatera Utara itu juga meminta pemerintah untuk mengusut masalah ini mengingat kejadian serupa sudah sering terjadi.
"Aku ini sebagai pecinta sepakbola sebenarnya kita pengen bola itu selalu ada gitu. Tapi kalau selalu nyawa taruhannya ya enggak mungkinlah," sambung Judika.
"Kita berduka, kita berdoa buat keluarga semuanya bisa dikasih kekuatan. Mudah-mudahan semuanya tertangani dengan baik," timpalnya.
Penyanyi yang tergabung dalam Selebriti FC itu juga berharap kejadian serupa tidak akan pernah terulang kembali.
"Bukan mudah-mudahan sih, ini enggak boleh terjadi lagi. Gila sih ini, ratusan orang meninggal karena nonton bola, masih belum bisa aku terima," papar Judika.
Kerusuhan di stadiun Kanjuruhan merupakan tragedi sepakbola kedua paling mematikan di dunia.
Mengutip Kompas.com, berdasarkan rilis resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Malang korban tewas akibat kejadian ini mencapai 125 orang.
Dengan jumlah korban jiwa sebanyak ini, tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) dipastikan jadi insiden sepak bola paling buruk di Indonesia.
Melansir BolaSport.com, tragedi Kanjuruhan bahkan kini tercatat sebagai insiden kerusuhan paling mematikan nomor dua dalam sejarah sepak bola dunia.
Insiden sepakbola paling mematikan nomor satu pernah terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru, pada 24 Mei 1964 yang menelan korban hingga 328 orang.
(*)