Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Tragedi Kanjuruhan saat ini menjadi duka masyarakat Indonesia.
Betapa tidak? Insiden yang berawal dari pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya ini menelan banyak korban jiwa.
Dikutip Grid.ID dari KOMPAS.com pada Selasa (4/10/2022), berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, hingga Sabtu (2/10/2022), terdapat 125 orang meninggal dunia.
Sedangkan, 299 orang mengalami luka ringan.
Tak hanya itu saja, sebanyak 39 orang mengalami luka berat.
Kejadian nahas itu diketahui terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Pertandingan ini digelar di Stadiun Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Salah seorang korban, yakni Elmiati (33) warga Blimbing, Malang pun mengungkap situasi yang terjadi saat itu.
Dikutip Grid.ID dari SURYAMALANG.com pada Selasa (4/10/2022), Elmiati mengungkap bahwa saat itu ia menonton pertandingan bersama suaminya, Rudi Harianto.
Tak hanya itu, ia juga mengajak anaknya, yakni Firdi Prayogo (3) yang masih balita.
Elmiati mengungkap bahwa saat kerusuhan mulai terjadi, sang suami mengajaknya untuk pulang lantaran khawatir anak mereka terkenal gas air mata.
"(Lontaran bola gas air mata) iya ke arah tribun. Lontaran itu masuk ke kerumunan penonton. Suami saya mengajak pulang; ayo pulang aja, selak adik keno gas (keburu anak terkena gas). Posisi itu sudah ricuh," ujarnya.
Saat ia hendak keluar melalui pintu gerbang, tiba-tiba supporter lain pun juga berdesakan untuk keluar tribun.
Ia dan sang suami pun terjebak di tengah dan kesulitan untuk keluar tribun.
"Posisi saya ada di pinggir, di tangga pegangan biru-biru (pegangan anak tangga)itu," terangnya.
"Suami saya berada di dekat pintu gerbang. Suami saya berada di baris kedua dekat pintu gerbang (yang tertutup)," lanjutnya.
Elmiati pun mengaku sudah putus asa melihat kerumunan orang yang kesulitan menyelamatkan diri.
Bahkan, sang suami dan anak balitanya pun mendadak hilang tak terlihat.
Dengan situasi yang mencekam, dirinya bahkan mengaku sudah pasrah jika saat itu ia meninggal dunia.
"Saya juga sudah pasrah kalau nanti ikut meninggal, saya meninggal dengan suami dan anak saya," kata dia.
"Pikiran saya cuma begitu," jelasnya.
Terlebih lantaran Elmiati menyaksikan orang-orang meninggal dunia di depan matanya.
"Itu (orang-orang) masih teriak-teriak. Ada yang keluar busa. Ada yang sekarat. Saya lihat sendiri," sambung dia.
Sedangkan, sang suami dan anaknya pun ditemukan sudah meninggal dunia selang 3 jam usai kerusuhan itu terjadi.
(*)