"Saya juga sudah pasrah kalau nanti ikut meninggal, saya meninggal dengan suami dan anak saya, pikiran saya cuma begitu," kenangnya.
Elmiati juga menceritakan bahwa dirinya melihat sendiri dengan mata kepalanya penderitaan para suporter Arema yang sekarat, hingga ada yang mengeluarkan busa lantaran sesak napas terpapar gas air mata.
"Itu (orang-orang) masih teriak-teriak. Ada yang keluar busa. Ada yang sekarat. Saya lihat sendiri," ungkapnya.
Namun, di tengah kondisi tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang menariknya keluar dari kerumunan untuk kembali naik ke tribun.
Ternyata, di tribun asap gas air mata sudah menghilang tersapu hujan yang turun.
"Ternyata, ada yang menolong saya. Saya diajak ke atas tribun lagi," tuturnya.
"(Gas air mata hilang) bukan karena angin, tapi karena hujan," terangnya.
Ia kemudian dirawat di rumah saudaranya, sementara sang saudara berusaha mencari keberadaan anak dan suami Elmiati berbekal foto dari ponsel.
Kemudian tiga jam setelah kejadian atau pukul 01.00 WIB dini hari, mayat anak Elmiati, yaitu M. Firdi Prayogo berhasil ditemukan di RSUD Kanjuruhan, Malang.
Sementara mayat sang suami ditemukan di kamar mayat RS Wava.
Kedua jasad orang tercinta Elmiati itu akhirnya dibawa ke rumah duka di Jalan Sumpil Gang 2, Purwodadi, Blimbing, Malang, sebelum azan pertanda salat subuh berkumandang.
Elmiati merasa dirinya tidak memiliki firasat yang menandai adanya insiden nahas tersebut.
Hanya saja, sekitar dua pekan sebelum insiden tersebut terjadi, sang suami sempat mengaku bermimpi rambutnya terpotong.
Semenjak menceritakan pengalaman aneh tentang mimpinya itu, perilaku sang suami dirasa belakangan berubah, seperti merasa resah dan takut.
"Rambutnya sudah dipotong. 'Ma aku kok mimpi rambutku aku potong yo' sembari istigfar."
"Dan (belakangan) terlihat resah, enggak seperti biasanya, habis mimpi itu," papar Elmiati.
(*)