Laporan Wartawan Grid.ID, Mentari Aprellia
Grid.ID - Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022), hingga kini masih menyisakan duka bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi keluarga yang ditinggalkan.
Bagaimana tidak, dalam tragedi berujung maut yang terjadi pasca pertandingan Arema vs Persebaya ini, ratusan nyawa melayang dan ratusan lainnya luka-luka.
Kengerian ini terjadi saat polisi menembakkan gas air mata ke tribun dan penonton pun berlarian ke pintu 13 Stadion Kanjuruhan.
Namun, pintu itu ternyata justru terkunci, sedangkan massa yang sesak napas akibat gas air mata semakin panik hingga saling berimpitan dan terinjak-injak.
Pintu 13 Stadion Kanjuruhan pun saat itu disebut-sebut seperti kuburan massal lantaran banyak suporter Arema yang meninggal di sana.
Bahkan di antaranya banyak pula wanita dan anak-anak.
Terpantau dari jejaring Twitter, Selasa (4/10/2022), gate 13 pun menjadi trending dengan tagar 'Kengerian di Pintu 13'.
Lewat tagar ini, banyak netizen yang membagikan suasana di lokasi kejadian atau berbagai fakta dan asumsi terkait dalang di balik peristiwa tragis ini.
Pasalnya, hingga kini banyak cerita pilu yang beredar dari para keluarga korban yang tewas akibat kejadian ini.
Salah satunya berasal dari seorang ibu asal Malang bernama Elmiati (33), yang harus kehilangan suami dan anak balitanya dalam peristiwa ini.
Dikutip dari SuryaMalang.com, Selasa (4/10/2022), Elmiati menceritakan bahwa dirinya menyaksikan pertandingan Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) bersama suaminya, Rudi Harianto, dan anak balitanya, M. Firdi Prayogo (3).
Elmiati tak menyangka, di malam itu, sang suami dan anak bungsunya, bakal tewas terhimpit kerumunan suporter yang panik karena upaya pembubaran massa dari aparat menggunakan gas air mata.
Entah dari mana asalnya, setelah pertandingan selesai dan para suporter berusaha turun ke lapangan, tiba-tiba beberapa selongsong gas air mata beterbangan ke arah area tribun 13.
Tribun ini menjadi tempat Elmiati bersama suami yang sedang mendekap sang anak balita dalam gendongan, menonton laga Derbi Jatim tersebut.
Saat itu posisi Elmiati bersama suami dan putra balitanya berada di barisan tengah tribun 13.
"(Lontaran bola gas air mata) Iya ke arah tribun. Lontaran itu masuk ke kerumunan penonton."
"Suami saya mengajak pulang 'ayo pulang aja, selak adik keno gas (keburu anak terkena gas)', posisi itu sudah ricuh," ujar Elmiati saat ditemui TribunJatim.com.
Mereka pun bergegas menuju pintu 13 yang ternyata juga sudah dipadati para penonton lain yang berusaha keluar lantaran sesak terkena gas air mata.
Sayangnya, mereka yang sudah terlanjur berada di sana ikut terhimpit lantaran pintu 13 ternyata dikunci.
Di tengah desak-desakan, Elmiati malah terpisah dengan suami dan anaknya yang entah di mana.
Saat itu, ia yang sesak napas pun mengaku sudah pasrah jika harus meninggal di sana.
"Saya juga sudah pasrah kalau nanti ikut meninggal, saya meninggal dengan suami dan anak saya, pikiran saya cuma begitu," kenangnya.
Elmiati juga menceritakan bahwa dirinya melihat sendiri dengan mata kepalanya penderitaan para suporter Arema yang sekarat, hingga ada yang mengeluarkan busa lantaran sesak napas terpapar gas air mata.
"Itu (orang-orang) masih teriak-teriak. Ada yang keluar busa. Ada yang sekarat. Saya lihat sendiri," ungkapnya.
Namun, di tengah kondisi tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang menariknya keluar dari kerumunan untuk kembali naik ke tribun.
Ternyata, di tribun asap gas air mata sudah menghilang tersapu hujan yang turun.
"Ternyata, ada yang menolong saya. Saya diajak ke atas tribun lagi," tuturnya.
"(Gas air mata hilang) bukan karena angin, tapi karena hujan," terangnya.
Ia kemudian dirawat di rumah saudaranya, sementara sang saudara berusaha mencari keberadaan anak dan suami Elmiati berbekal foto dari ponsel.
Kemudian tiga jam setelah kejadian atau pukul 01.00 WIB dini hari, mayat anak Elmiati, yaitu M. Firdi Prayogo berhasil ditemukan di RSUD Kanjuruhan, Malang.
Sementara mayat sang suami ditemukan di kamar mayat RS Wava.
Kedua jasad orang tercinta Elmiati itu akhirnya dibawa ke rumah duka di Jalan Sumpil Gang 2, Purwodadi, Blimbing, Malang, sebelum azan pertanda salat subuh berkumandang.
Elmiati merasa dirinya tidak memiliki firasat yang menandai adanya insiden nahas tersebut.
Hanya saja, sekitar dua pekan sebelum insiden tersebut terjadi, sang suami sempat mengaku bermimpi rambutnya terpotong.
Semenjak menceritakan pengalaman aneh tentang mimpinya itu, perilaku sang suami dirasa belakangan berubah, seperti merasa resah dan takut.
"Rambutnya sudah dipotong. 'Ma aku kok mimpi rambutku aku potong yo' sembari istigfar."
"Dan (belakangan) terlihat resah, enggak seperti biasanya, habis mimpi itu," papar Elmiati.
(*)